RI Kembangkan Mobil Listrik, Jepang Murka pada Pemerintah Indonesia

RI Kembangkan Mobil Listrik, Jepang Murka pada Pemerintah Indonesia

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Suka tidak suka, saat ini pemerintah ingin melompat dari pengembangan mobil konvensional bensin ke listrik. Di sisi lain, ada teknologi hybrid sebagai perantara. Yang justru lebih diminati pemain lama. Terutama dari Jepang. Seperti Toyota hingga Mitsubishi.

Bukti pemerintah lebih pro mobil listrik daripada hybrid adalah saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengusulkan kenaikan tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan listrik bertipe hybrid. Di mana tarif awal direncanakan 0 persen menjadi 5 persen. Sedangkan mobil listrik murni sudah 0 persen. Ternyata, hal ini sudah tak disukai oleh investor Jepang. Yang sejak awal sudah berinvestasi triliunan rupiah dalam teknologi mobil konvensional. Investor Jepang menginginkan Indonesia tak langsung melompat ke mobil listrik. Tapi bertahap ke teknologi hybrid. Hal ini diungkapkan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini. “Jepang marah pada kita. Mereka bertanya mengapa kami tidak mempertimbangkan untuk mengembangkan mobil hybrid terlebih dahulu,” katanya dalam diskusi dengan Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara di akun YouTube resminya. Negara Asia Timur itu khawatir proyek ini bakal mengganggu bisnis otomotifnya. Yang sudah terbangun selama puluhan tahun di Indonesia. Kemarahan itu memancing tudingan kepada Luhut yang terlalu dekat dengan China. Pasalnya, proyek pembangunan baterai litium menyertakan perusahaan asal China. Yakni CATL. “Dan saya dituduh pro-China. Saya bilang urusan apa pro-China. Mengapa kita harus hibrida, sementara kita bisa langsung mengembangkan kendaraan listrik?” katanya. Keyakinan Luhut untuk mengembangkan mobil listrik karena Indonesia memiliki cadangan besar dalam sumber daya alam. Indonesia kaya akan kandungan nikel. Yang merupakan komponen utama mobil listrik. “Kuncinya adalah baterai litium dan kami memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Beberapa tahun yang lalu, kami mulai mengembangkan industri hilir (untuk nikel). Tetapi kami tidak dapat melakukannya sendiri. Kami tidak memiliki aplikasi teknologi lengkap. Jadi kami berhubungan dengan China,” kata Luhut. Meski sempat menuduh Luhut pro China, namun akhirnya beberapa pabrikan Jepang ikut menanamkan investasinya. Toyota berkomitmen investasi Rp 28,3 triliun, Mitsubishi sebesar Rp 11 triliun serta Honda dengan Rp 5,2 triliun. (cnbc/qn) Sumber: Luhut Blak-Blakan Jepang Murka Saat RI Bikin Mobil Listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: