Fenomena Prostitusi Anak di Bawah Umur di Samarinda dari Mata Sosiolog

Fenomena Prostitusi Anak di Bawah Umur di Samarinda dari Mata Sosiolog

Dalam dua hari berturut, kepolisian berhasil mengungkap kasus prostitusi anak di bawah umur yang terjadi di Samarinda. Sosiolog dari Universitas Mulawarman memberi komentar terkait fenomena ini.

nomorsatukaltim.com - SRI Murlianti menduga, anak-anak di bawah umur yang menjadi objek prostitusi atau perdagangan orang ini berada dalam satu sistem atau sindikat tertentu. Apalagi, kejahatan ini menggunakan teknologi atau berada di dunia maya. "Ini karena online dan interaksinya sudah di akun yang privasi, itu yang menjadi tantangan baru, baik kepolisian, orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk mengurangi atau bahkan menghapus kejahatan seperti ini," ucap Sri. Dikatakan Dosen Prodi Pembangunan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unmul ini, anak di bawah umur dalam kasus ini bisa dikatakan sebagai korban. Walaupun nanti motifnya bisa bermacam-macam. “Saya lihat kecenderungannya itu gaya hidup, broken home, itu kan pendorong,” tandasnya. Sri mengungkap ini adalah sindikat kejahatan yang terstruktur. "Kalau dari persoalan moral, ini sudah jelas karena tidak pantas, dan ini merupakan kejahatan, karena yang diorganisir adalah anak-anak di bawah umur," jelasnya. "Lalu yang sangat berbahaya adalah seksualitas di bawah umur, selain dari sisi moral adalah sisi kesehatan," sambungnya. Dijelaskannya, pembicaraan seksualitas kepada anak hingga kini masih dianggap tabu. Sehingga keluarga masih susah menginformasikan kepada anak, minimal untuk menjaga seksualitasnya. “Karena seksualitas tidak hanya tentang kenikmatan, di sana ada juga wacana kesehatannya, wacana berapa penyakit yang berbahaya, dan ini menjadi sangat mengerikan jika pelakunya adalah anak-anak di bawah umur yang kemungkinan belum mengerti dari risiko seperti itu, di luar persoalan moral,” ujarnya. Di sisi lain, berbicara dari faktor gaya hidup dan kurangnya perhatian orang tua, Sri memandang keluarga adalah titik utama kontrol untuk anak-anak seperti ini. Di luar keluarga, lingkungan terdekat juga berperan penting. “Ini merupakan kecenderungan masyarakat industri, masyarakat kota besar. Gimana masyarakat kelas menengah ke bawah itu sebagian besar bekerja penuh waktu yang tidak bisa benar-benar mendampingi anak,” katanya. Sosiolog ini mengatakan, prostitusi itu berdasarkan ilmu sosial adalah fenomena masyarakat yang sama tuanya dengan sejarah manusia."Di mana ada manusia, di situ ada prostitusi, jadi sama tuanya dengan sejarah manusia yang ada,” tandasnya. Namun yang baru, karena dilakukan secara Darling. Mirisnya, pelaku yang berusia di bawah umur. "Karena seksualitas aman pun untuk anak-anak di bawah umur, tetap tidak aman dalam segi kesehatan reproduksi," ujarnya. "Prostitusi itu sangat berbahaya dan organ reproduksinya kan belum siap. Nah ini yang menjadi permasalahannya berlipat ganda, dari organ reproduksinya belum siap, lalu berganti-ganti pasangan, itu kan risikonya berlipat ganda," ucapnya. "Yang berat itu menjaring tanggung jawab lingkungan, bagaimana kita peduli dan membaca orang yang benar-benar mempunyai kepekaan kepada sekitar," pungkasnya. (bdp/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: