Kaltim Target 100 UMKM Go Ekspor sampai 2023

Kaltim Target 100 UMKM Go Ekspor sampai 2023

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Usaha mikro kecil menengah , UMKM, memang menjadi tulang punggung perekonomian. UMKM telah memberikan kontribusi sekitar 61 persen Produk Domestik Bruto (PDB). UMKM juga mampu menyerap sekitar 120 juta angkatan kerja.

Berdasarkan data yang diperoleh, Bank Dunia menyebutkan 42 persen UMKM menggunakan digital untuk melakukan pemasaran serta promosi. Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kalimantan Timur (Disperindagkop UKM Kaltim) HM Yadi Robyan Noor, kemandirian dari UMKM memang harus dibangun. Jika hal itu sudah dilalui, secara otomatis akan naik kelas.“Setelah naik kelas, tentunya, kami yang akan carikan pasar,” ungkapnya, usai Pembukaan Karya Kreatif Indonesia Seri 1 dan Akademi Ekspor Kaltim 2021 di Hotel Mercure, Selasa (16/3/2021). Roby mengatakan, kerja sama berbagai pihak terus didorong. Seperti yang sudah terjadi, yakni dukungan penuh dari Bank Indonesia untuk para UMKM. Bagi Roby hal itu sangat nyata dan sifatnya konkret. Dengan dukungan itu, maka UMKM harus memiliki capacity building. Yang terdiri dari background (latar belakang), knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), raw material (bahan baku), process (proses). Hingga yang terakhir, ekspor. “Semua itu akan diawasi. Dikawal hingga benar-benar memiliki kualitas kelas dunia,” ucapnya. Roby menyampaikan, Kaltim memiliki target sasaran pembangunan koperasi dan UMKM hingga 2023. Yakni 100 UMKM yang memiliki daya saing kelas dunia. Kini sudah ada 17 UMKM yang mampu mencapai kelas internasional tersebut. Bersama Bank Indonesia, kata Roby, ada 15 UMKM lainnya yang didorong untuk menyamai 17 UMKM sebelumnya. “Apa bila dia (15 UMKM) itu sudah bisa mandiri, naik kelas, dan memenuhi standar, akan kita ikutkan kurasi di tingkat nasional. Untuk bisa bersaing di kelas internasional,” jelas Roby. Roby mengungkapkan, Bank Indonesia juga berjanji akan terus memberikan pelatihan-pelatihan kepada UMKM binaannya. Diharapkan pelatihan itu bisa rutin dan tidak berhenti. Pemerintah melalui Disperindagkop UKM akan terus memberikan dukungan secara konsisten. Bentuk konsistensi yang diungkapkan Roby ialah mencapai target 100 UMKM yang berkualitas kelas dunia. Roby membeberkan, nilai total ekspor dari 17 UMKM Kaltim saat ini mencapai Rp 431 miliar. Berdasarkan data yang dihimpun Disperindagkop dari Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA), di tahun lalu, nilai ekspor 17 UMKM tersebut senilai Rp 428 miliar. Yang berarti, ada peningkatan sebesar Rp 3 miliar. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono menyatakan akan mendukung program 100 UMKM untuk bisa go ekspor. Tutuk menjelaskan, kontribusi dukungan tersebut salah satunya dengan mendirikan Akademi Ekspor. Kata Tutuk, akademi itu didirikan akhir 2020 lalu. “Kami sudah sekolahkan 30 UMKM,” ujar Tutuk, di acara yang sama. Tahun ini, Bank Indonesia juga bekerjasama dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia untuk melatih lagi sejumlah UMKM yang memiliki peluang melakukan ekspor. Kemarin, sudah berjalan dua kelas yang langsung dilaksanakan di Hotel Mercure Samarinda. Ada 15 peserta yang didatangkan dari beberapa wilayah di Kaltim. Sisanya hanya bisa mengikuti kelas melalui daring. Karena pembatasan yang harus dilakukan berdasarkan protokol kesehatan (prokes). Tutuk menerangkan, progres dari tiap peserta akan dipantau. Mana yang benar-benar dinilai bagus, akan didampingi selama setahun penuh. Dengan melalui 8 tahapan yang ujungnya ialah go ekspor. “Itulah bentuk dukungan kami kepada pemerintah daerah, sama-sama menciptakan UMKM yang bisa go ekspor,” sambatnya. Tutuk pun mengakui, Bumi Etam memang memiliki banyak potensi. Tinggal bagaimana meningkatkan keyakinan diri UMKM, meningkatkan daya saing, dan produk. Pasar memang banyak. Ada yang lokal, nasional dan internasional. Harapan Tutuk, UMKM Kaltim bisa menembus pasar internasional. Kenapa? Bagi Tutuk, pasar internasional jika sudah ditembus tidak memiliki batasan kelas. Sinergitas juga harus dibangun. Baik itu pemerintah dan akses keuangan untuk UMKM. Inklusi ekonomi pun sudah dilakukan Bank Indonesia. Dijelaskan Tutuk lagi, inklusi ekonomi harus berjalan beriringan dengan inklusi keuangan. “Kenapa harus bareng? Yah karena UMKM tidak bisa maju kalau tidak ada pembiayaan dari keuangan. Kuncinya itu, jika ingin naik kelas,” tegas Tutuk. Lembaga pembiayaan ekspor juga digaet Tutuk. Sekali lagi tujuannya agar bisa hand-in-hand untuk bersinergi membantu UMKM mengakses pembiayaan. Sesi selanjutnya yang diminta Tutuk kepada UMKM ialah komitmen. Kemudian semangat. Jika produk bagus dan bernilai daya saing, maka pembiayaan pun akan dengan mudah didapat. “Ada 3 area pengembangan yang dilakukan BI. Korporatisasi, penguatan kelembagaan. Kapasitas, dan terakhir akses pembiayaan. Ketiga itu, jika bisa dilakukan, sudah tidak terbatas,” pungkas Tutuk. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: