Pemkot Samarinda Operasikan GeNose, Akurasi 90 Persen, tapi Rentan Eror
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pemerintah Kota Samarinda resmi memiliki alat pendeteksi virus corona; GeNose C19. Pemkot, mandatangkan tujuh unit sekaligus. Pengendus COVID-19 melalui embusan napas itu besutan para peneliti di Universitas Gajah Mada (UGM).
Uji coba penggunaan alat pertama kali dilakukan wali kota dan wakil wali kota Samarinda, Andi Harun-Rusmadi, Selasa (16/3) di ruangan Anjungan Karang Mumus, Balai Kota. Pengoperasian dilakukan oleh para tenaga kesehatan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Inche Abdoel Moeis. Dengan hasil negatif COVID-19 pada dua pucuk pimpinan Kota Tepian itu. Ke depan, tujuh unit alat tersebut akan dioperasikan di beberapa unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Yaitu, RSUD IA Moeis dan empat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang telah ditingkatkan fungsinya untuk penanganan COVID-19. Andi Harun mengatakan, nantinya pemeriksaan dengan GeNose C19 yang bertujuan untuk keperluan tracing masyarakat dalam rangka penanggulangan COVID-19, digratiskan. Alias tidak dipungut biaya. Namun untuk pemeriksaan orang yang memerlukan surat keterangan hasil pemeriksaan, akan ada tarif. "Misalnya yang minta surat keterangan untuk perjalanan, itu tetap bayar. Tapi tarifnya lebih murah," ucap Andi Harun. Ketentuan mengenai tarif akan diatur lebih lanjut. Melalui peraturan wali kota yang akan digodok dalam waktu dekat. Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Ismid Kusasih menerangkan, pengadaan GeNose menggunakan anggaran Dinas Kesehatan. Yang sudah diproses sejak sebulan lalu. Ia mengklaim, Samarinda sebagai daerah pertama di Kalimantan yang memperoleh GeNose dari UGM. Ismid tidak merinci harga setiap unit alat tersebut. Ia hanya menyebut, bahwa satu set alat, terdiri dari alat pendeteksi GeNose, beserta filter dan kantung udara dan laptop. "Belum pastikan harganya. Soalnya pengadaan dilakukan melalui pihak ketiga. UGM mensyaratkan begitu," kata Ismid. Lebih rinci, Ismid menjelaskan, perencanaan sementara, tiga unit GeNose akan ditempatkan di RSUD IA Moeis. Terutama untuk di UGD dan Poly COVID-19 rumah sakit tersebut. Dengan begitu, alur pemeriksaan di rumah sakit akan didahulukan dengan pemeriksaan COVID-19 menggunakan GeNose. Jika ditemukan hasil positif, baru dilanjutkan dengan rapid test antigen. "Jadi tidak langsung swab. Kecuali dengan GeNose hasilnya positif. Kita rapid antigen. Bahkan kalau perlu sampai swab test PCR," terang Kadiskes. Sedangkan sisanya, ditempatkan untuk penguatan di empat puskesmas. Karena menurut Ismid, operasional alat ini tidak begitu sulit. Hanya saja mesti lebih hati-hati dengan sensitivitasnya. Empat puskesmas itu yakni Puskesmas di Kecamatan Sungai Siring, Kecamatan Lempake, Kecamatan Palaran dan Puskesmas Segiri. "Jadi sementara kita operasikan ini. Nanti kita lihat, kalau kurang kita pesan lagi," imbuhnya. Direktur IA Moeis Syarifah Rahimah mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan uji fungsi terhadap GeNose. Kemudian mengatur tata letaknya di rumah sakit sebelum digunakan. Dia berujar, penentuan letak alat ini tidak bisa sembarangan. Sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitar. Sebenarnya, kata dia, alat tersebut harus berada pada ruangan terbuka. Batas suhu ruangan 35,8 celsius dan kelembaban 65 RH. "Tidak boleh dekat dengan alkohol. Dan bahan-bahan yang mengandung volatil seperti parfum," jelas Syarifah. Sedangkan petugas yang mengoperasikan tidak mesti tenaga medis, asal sudah dilatih terlebih dahulu. Syarifah membeber sedikit keunggulan dan mekanisme pemeriksaan dengan GeNose. Yang pertama alat ini murah. Dan hasilnya cepat diperoleh. Akurasinya mencapai 90 persen. Namun sangat sensitif, dan banyak hal yang memungkinkan terjadinya eror. GeNose bekerja dengan mendeteksi zat kimia yang dikeluarkan oleh virus corona hidup. Zat kimia itu, akan yang dibaca oleh alat tersebut, lalu parameternya akan langsung terlihat melalui kurva di layar laptop. Lalu kemudian dianalisis oleh operator. Dan dalam tempo kurang dari tiga menit, hasil tersebut dicetak secara otomatis. Dia juga memaparkan, sebelum melakukan pemeriksaan, orang yang hendak diperiksa dianjurkan tidak makan, minum dan sikat gigi. Kalau sudah terlanjur sikat gigi, dan memakan makanan yang kadar mint-nya tinggi. Maka dianjurkan untuk kumur-kumur terlebih dahulu. "Atau misalnya memakan makanan yang beraroma khas, seperti petai, jengkol, itu juga bisa merusak hasil. Bisa terdeteksi positif COVID-19," ujar Syarifah. (das/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: