Jenis, Penyebab dan Cara Mengobati Penyakit Epilepsi

Jenis, Penyebab dan Cara Mengobati Penyakit Epilepsi

EPILEPSI adalah salah satu jenis penyakit neurologi menahun. Bisa menyerang siapa saja. Dan kapan saja. Apa penyebab epilepsi?

Dokter Irawati Hawari, spesialis saraf di Rumah Sakit Bunda, Menteng, Jakarta, baru-baru ini mengungkapkan, ada dua jenis epilepsi: umum dan parsial. “Yang umum berarti mengganggu kesadaran. Kalau yang parsial tanpa mengganggu kesadaran,” ucapnya. Ketika terjadi serangan epilepsi, terjadi aktivitas listrik yang tak normal di otak penderita. Hal ini akan menyebabkan kejang, perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan lain yang hilang-timbul. Baik yang terasa atau terlihat. Gangguan listrik di otak tersebut dapat disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan otak, cedera kepala, atau gejala sisa dari suatu penyakit. Seperti infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, cacat lahir, kelainan genetika serta sekitar 30 persen tak diketahui penyebabnya. PENYEBAB EPILEPSI “Penyebabnya ada yang memang tanpa kelainan otak atau epilepsi idiopatik. Kalau dicari tidak tampak ada penyakit lain,” ungkap Mursyid Bustami, spesialis saraf dan Direktur RS Pusat Otak Nasional, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia, Minggu (14/3). “Kedua, ada penyebabnya: tumor otak, pasca-stroke, trauma kepala atau cedera bagian kepala atau otak. Itu ada penyebabnya. Tapi paling banyak idiopatik,” jelas dia. Mengutip dari Mayo Clinic, epilepsi tidak memiliki penyebab pasti pada sekitar separuh orang yang diidentifikasi memiliki kondisi tersebut. Sebagian lainnya bisa ditelusuri dan ditemukan berbagai faktor penyebabnya. Fakor penyebabnya antara lain. Pertama, pengaruh genetik. Beberapa jenis epilepsi terjadi karena riwayat keluarga dengan penyakit serupa. Kemungkinan ada pengaruh genetik. Peneliti telah mengaitkan epilepsi dengan gen. Tetapi rupanya pada sebagian pasien, gen hanyalah salah satu penyebab. Gen tertentu membuat orang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang. Kedua, cedera kepala. Trauma atau cedera pada kepala bisa mengakibatkan epilepsi. Ketiga, kondisi otak. Kondisi tertentu bisa mengakibatkan kerusakan otak. Seperti tumor atau stroke bisa jadi penyebab epilepsi. Stroke menjadi penyebab utama epilepsi pada orang dewasa di atas 35 tahun. Keempat, penyakit infeksi. Penyakit infeksi seperti meningitis, AIDS dan ensefalitis virus (pembengkakan otak akibat virus) dapat memicu epilepsi. Kelima, cedera prenatal. Sebelum lahir bayi sangat sensitif terhadap kerusakan otak. Bisa disebabkan beberapa faktor. Seperti infeksi saat kehamilan, kurang nutrisi atau oksigen. Kerusakan otak ini bisa mengarah pada epilepsi atau cerebral palsy. Keenam, gangguan perkembangan. Epilepsi kadang berhubungan dengan gangguan perkembangan. Seperti autisme dan neurofibromatosis (kelainan genetik pada sistem saraf). Sebenarnya orang dengan epilepsi bisa beraktivitas dengan normal dan terhindar dari kejang. Dokter Mursyid Bustami, spesialis saraf dan Direktur RS Pusat Otak Nasional, menuturkan penyandang epilepsi memperhatikan beberapa hal. Antara lain menghindari faktor pencetus kejang. Seperti kecapekan, kurang tidur, stres, telat makan, menonton televisi terlalu lama, kilatan cahaya atau gambar yang bergerak terus-menerus; minum obat teratur; diet ketogenik atau diet dengan membatasi konsumsi karbohidrat. Menurut riset, diet ini bisa membantu menurunkan gejala kejang pada penyandang epilepsi.

DETEKSI EPILEPSI

Mursyid menekankan, penyakit epilepsi bukan penyakit menular atau penyakit keturunan. Epilepsi kerap mendapat stigma negatif. Sebab dikaitkan dengan penyakit kutukan dan menular. Penyakit ini pun bisa dideteksi lewat tes Electroencephalogram (EEG). EEG merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi kelainan pada gelombang otak. “Ditegakkan diagnosa (epilepsi) saat ada gejala dan ditemukan kelainan pada hasil tes EEG,” kata Mursyid. Cara penanganan epilepsi ada tiga golongan. Pertama, pasien sembuh. Artinya bisa ditangani dengan baik dan tidak lagi memerlukan obat. “Kalau epilepsi berdasarkan kelainan otak yang bisa diobati misal tumor, ya mestinya bisa baik setelah ditangani,” ungkap Mursyid. Kedua, pasien tidak kambuh sepanjang minum obat. Ketiga, pasien dengan obat pun tidak terkendali. Masih tetap muncul kejang atau refrakter. Biasanya dilakukan tindakan operasi atau epileptic surgery saat kejang tak terkendali dan pasien masih usia produktif.

PERTOLONGAN PERTAMA

Ketika penderita sedang kumat, kebanyakan orang merasa bingung. Alih-alih melakukan pertolongan pertama, banyak orang yang justru takut dan panik sendiri. “Jika kita melihat penderita sedang kumat, kita harus tenang. Dimiringkan dadanya. Jangan menahan-nahan gerakannya. Dihitung lama kejangnya. Setelah selesai, tunggu sampai benar-benar sadar,” ungkap Irawati. Berikut pertolongan pertama yang harus diberikan kepada penderita epilepsi ketika kejang: hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan dri tempat atau benda berbahaya; longgarkan bajunya. Miringkan kepalanya ke samping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan. Kemudian biarkan kejang berlangsung. Jangan masukkan benda keras ke mulutnya. Karena dapat menyebabkan gigi patah; penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang. Biarkan dia istrirahat. Lalu, laporkan pada keluarga terdekatnya. Ini penting. Untuk memberikan pengobatan oleh dokter; bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat, atau penderita terluka berat, bawa segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. (cnn/qn) Sumber: Mengenal Penyebab Epilepsi dan Pertolongan Pertamanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: