Masih Gunakan Pipa Impor, Jokowi Pecat Pejabat Tinggi Pertamina

Masih Gunakan Pipa Impor, Jokowi Pecat Pejabat Tinggi Pertamina

Jakarta, Nomorsatukaltim.com - Presiden Jokowi dikabarkan baru saja memecat pejabat tinggi Pertamina. Karena tidak bisa meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada proyek Pertamina. Terutama terkait proyek pipa yang sebagian besar masih diimpor.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut pun menyebut Jokowi geram karena tindakan pejabat tersebut. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Migas, Bobby Gafur Umar mengatakan, dalam program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) sudah disebutkan penggunaan produk dalam negeri oleh kementerian/lembaga (K/L), BUMN, BUMD atau swasta adalah wajib. Dalam kasus pipa, menurutnya, pipa impor dari China masih lebih murah daripada produksi dalam negeri. Penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa apabila memiliki penjumlahan TKDN dan nilai Bobot Manfaat Perusahaan 40 persen. Produk dalam negeri yang digunakan harus mencapai TKDN 25 persen. “Industri dalam negeri wajib menggunakan produk dalam negeri. Sampai Pak Luhut bilang ada pejabat Pertamina diganti karena Pak Presiden enggak berkenan. Pertamina masih ada yang belum bisa memaksimalkan pemakaian produk dalam negeri,” paparnya dalam webinar Membedah Peluang Bisnis 70 Triliun Di Sektor Hulu Migas, Rabu (10/3). Dia mengatakan, pipa dari China sampai di Surabaya harganya tidak beda jauh dengan bahan baku dari Krakatau Steel. Dari bahan baku Krakatau Steel, begitu dilakukan pengelasan, maka ongkosnya bertambah 20-25 persen. Sehingga pipa di Indonesia jauh lebih mahal. Bobby menjelaskan, hal ini disebabkan China memberikan kredit ekspor yang sangat murah. Jika perusahaan di China hanya ekspor bahan baku, mereka akan kena pajak yang begitu tinggi. “Begitu ekspor produk jadi, dapat tax incentives. Di Indonesia malah belum apa-apa kena pajak,” jelasnya. Dia mengatakan, bijih besi dari Krakatau masih impor karena di Indonesia belum ada sumber yang cukup. Menurutnya, pemerintah harus membantu agar perusahaan bisa mendapatkan bahan bakunya. Sehingga produk bisa kompetitif. “Instrumen penting penunjang TKDN, industri harus didukung teknologi. Kita harus kuasai kemampuan teknologi,” paparnya. Di sektor teknologi, menurut dia, perlu didukung dengan riset dan pengembangan (Research and Development/R&D). Penelitian ini penting. Sehingga pemerintah harus memberikan dukungan. “Pemerintah harus berikan dukungan ke R&D, dan pendanaan. Karena R&D ini sering dianggap cost (biaya). Padahal ini investasi,” tegasnya. * Bobby mengatakan, PT Pertamina (Persero) mempunyai proyek kilang yang nilainya cukup besar. Menurutnya, sampai dengan 2027 nilainya mencapai sebesar US$ 50-65 miliar atau sekitar Rp 800 triliun. Jika 30 persen dari nilai Rp 800 triliun ini menggunakan industri dalam negeri, maka manfaat yang bisa dirasakan industri dalam negeri bisa mencapai Rp 250 triliun. Nilai ini cukup besar. Sehingga pemerintah terus mendorong penggunaan produk lokal. Ia mengatakan, saat ini sudah dibentuk program P3DN. Ada tiga tugas utama dari tim ini. Di antaranya pemantauan, pengawasan TKDN, dan melakukan sosialisasi. “Jadi, kita kawal Pertamina dan PLN yang sarat dengan mega proyek untuk bisa memaksimalkan produk dalam negeri. Semua proyek yang ada harus masuk perencanaan. Berapa bobot untuk porsi dalam negeri,” jelasnya. Dia berharap, jangan sampai saat proyek sudah jalan, baru diketahui beberapa komponen yang bisa menggunakan produk dalam negeri. Dari perencanaan, imbuhnya, seharusnya sudah dilakukan pengawalan. “Industri besi baja China, tahun 1999 kapasitas produksi besi baja 123 juta ton. China kuasai 45 persen produksi besi baja dunia. Naik 683 juta ton di 2011. Dan 2019 dari semua produksi di dunia, China kuasai 53 persen dengan hampir 1 miliar ton,” paparnya. Negara lain seperti Amerika Serikat (AS), imbuhnya, juga mengharuskan penggunaan produksi lokal. Kecuali harga produk lokal lebih mahal 25 persen dari harga negara lain. “Program dalam tim P3DN substitusi impor. Apalagi ekonomi negara di seluruh dunia kena dampak krisis COVID-19. Pasar semakin mengecil. Kita bisa bayangkan kalau enggak berpihak industri dalam negeri. Dampak ekonomi, pengangguran semakin besar,” tuturnya. (cnbc/qn) Sumber: Ramai Perusahaan Migas Asing, Gimana Komponen Lokalnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: