Waspada Masa Jenuh Tanah, Banjir Besar Mengintai Samarinda

Waspada Masa Jenuh Tanah, Banjir Besar Mengintai Samarinda

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pengamat Lingkungan Krisdiyanto mencatat, setidaknya ada 42 titik langganan banjir lokal di Samarinda. Banjir lokal yang dimaksud adalah kondisi di mana genangan air hanya terjadi di titik-titik tertentu dan tidak berlangsung lama.

Namun yang mesti diwaspadai adalah batas ketika tanah mengalami masa jenuh. Kris mengungkapkan, bahwa apabila intensitas hujan terus tinggi, dan terjadi berturut-turut. Maka kemampuan tanah meresapkan air juga akan terus berkurang atau bahkan menjadi semu. Sehingga akan lebih mudah memicu munculnya genangan. Dan berpotensi menimbulkan banjir besar. Sebagian besar dari daftar kawasan itu, kembali tergenang pada Selasa (9/3/2021). Kondisi yang sama terulang di empat hari berikutnya secara berturut-turut. Kamis (11/3/2021) sore, hujan lebat terpantau terjadi di hampir sebagian besar wilayah Samarinda dan sekitarnya. Sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi mulai pukul 17.20 Wita. Terutama di wilayah Samarinda Seberang, Samarinda Ulu, Sanga Sanga, Tabang, Muara Ancalong. Dapat meluas ke wilayah Palaran, Samarinda Ilir, seluruh wilayah Samarinda, Anggana, Muara Jawa, Tenggarong, Sebulu, Loa Kulu, Loa Janan, Muara Badak, Muara Kaman, Muara Bangkal, Muara Wahau, Sanggata, Kambang Janggut, Kenohan, dan sekitarnya. "Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pukul 19:30 WITA," sebut Prakirawan BMKG Balikpapan dalam aplikasi info BMKG pada Kamis (9/3/2021). Krisdiyanto, founder komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) itu menduga. Genangan banjir yang muncul tanpa disertai hujan terlebih dahulu pada Selasa (9/3) lalu, disebabkan hujan yang terjadi di wilayah hulu atau utara Samarinda. Hingga di Wilayah Kutai Kartanegara, bagian utara Samarinda. Sebab, katanya, genangan yang muncul tidak seperti biasanya. Yakni air keruh bercampur lumpur. Ia mengatakan, ada kemungkinan telah terjadi okupasi lahan baru pada area Daerah Aliran Sungai (DAS) utara. Dari Ring road Batu Cermin sampai kawasan Batu Besaung. "Daerah itu masih satu DAS dengan Sungai Karang Mumus dari aliran Sungai Sempaja," kata Kris menyampaikan analisis, Rabu (9/3). Kris menegaskan banjir yang terjadi masih bersifat lokal. Bukan banjir yang menggenangi sampai berhari-hari. "Paling lama 1-2 hari bahkan dalam hitungan jam sudah surut," ucapnya. "Terkecuali pada DAS Berambai, Tanah Datar dan Tanah Merah hujan deras dengan tempo yang lumayan lama, kemungkinan DAS utama Karang Mumus akan kembali tergenang seperti biasa," lanjutnya. Kris mengatakan, bahwa wilayah yang kerap terendam tersebut adalah kawasan yang dulunya rawa. Yang dilintasi DAS utama Sungai Karang Mumus. Serta aliran sungai-sungai kecil yang bermuara ke DAS utama di Samarinda tersebut. Yang di antaranya adalah aliran Sungai Sempaja, Sungai Bengkuring, Sungai Betapus, Sungai Lempake. Serta beberapa aliran sungai yang terhubung ke Bendungan Lempake hingga Sungai Karang Mumus bagian hulu atau utara Samarinda. "Jadi, siapapun yang bermukim dan membangun di kawasan tersebut, Siap-siap tenggelam," kata Kris. Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Samarinda, mengatakan, bahwasanya kondisi genangan masih dalam status aman. Pihaknya masih terus memantau dan mewaspadai. "Masih memantau, status hanya genangan. Kita baru stand by alat. Soalnya kalau mau bergerak, perahu juga belum bisa gerak. Karena ketinggian air masih di batas aman," jelasnya. Selain itu, kata Ifran, keadaan di Bendungan Benanga masih terpantau aman. "Statusnya masih hijau," ujar Ifran. (das/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: