Cap Go Meh Liong

Cap Go Meh Liong

Malam ini, tepat 15 hari setelah tahun baru Imlek. Itu tandanya masyarakat Tionghoa akan merayakan Cap Go Meh. Sebuah tradisi tanda kesyukuran atas nikmat Sang Pencipta. Bagi warga peranakan di Kalimantan Timur, merayakan Cap Go Meh juga berarti mewariskan tradisi kepada generasi mereka selanjutnya.

nomorsatukaltim.com - BAGI seorang Ferry Liong, ikut merayakan Imlek maupun Cap Go Meh merupakan salah satu upaya menjaga tradisi leluhur. Di zaman yang serba digital saat ini, tantangan mengenalkan tradisi kepada para generasi muda semakin berat. Wanita pengusaha ini mengatakan, generasi milenial lebih menyukai budaya modern dan pop. Teknologi komunikasi menjadi ‘budaya’ baru yang lebih digemari. Karena itu, pada setiap momentum perayaan tradisi Tionghoa, ia berupaya menghadirkan perpaduan keduanya. “Seperti Cap Go Meh ini misalnya, belakangan perayaan ini lebih dikenal  sebagai perayaan Hari Valentine ala Tionghoa,” kata Ferry Liong. Setiap perayaan Cap Go Meh para wanita Tionghoa diwajibkan memakai pakaian terbaik. Dan berdandan cantik. Kemudian pergi ke kelenteng untuk berdoa meminta jodoh. Kemudian bersosialisasi saat perayaan festival. "Sebagai upaya mencari jodoh," ujar Ferry. Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh banyak dilakukan di berbagai daerah pecinaan. Biasanya, akan diwarnai dengan pertunjukan barongsai, pesta lampion, dan berbagai bazar. Cara lainnya ialah dengan menghadirkan masakan khas saat perayaan. Bagi keluarga Tionghoa. Ada beberapa makanan yang ‘hanya ada’ saat perayaan. Di antaranya adalah Lontong Cap Go Meh. Yakni lontong yang disajikan dengan sayur lodeh, opor ayam, dan sambal goreng hati. "Lontong melambangkan, beras dan padi. Yang merupakan hasil panen petani. Sementara menu pendampingnya,  disesuaikan dengan budaya khas Indonesia," kata Ferry menjelaskan. Selanjutnya, ada kue keranjang. Dalam bahasa Mandarin, disebut Nian Gao. Yang berarti kenyal dan lengket. Maknanya, keluarga yang merayakan Cap Go Meh  dapat terus bersatu, lengket, dan rukun. Kemudian ada onde-onde dan wedang ronde. Bentuk onde-onde yang bulat, melambangkan keberuntungan. Serta penanda untuk menjalin persaudaraan dan  kebersamaan yang erat. Dan terakhir, ada jeruk mandarin. Warna orange pada jeruk mandarin, melambangkan emas. Dengan harapan, keluarga akan dikaruniai rejeki yang melimpah. Ferry Liong merupakan keluarga moderat keturunan Tionghoa. Yang masih memegang teguh tradisi perayaan hari-hari besar etnis Tionghoa. Kakek buyutnya, Soo Kong Kiat termasuk generasi pertama etnis Tionghoa yang datang ke Samarinda. Dan mendirikan yayasan pendidikan Sekolah Ta Hwa pada tahun 1906. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa, seperti Jos Soetomo. Adalah alumni sekolah itu. Setiap tahun, keluarga Ferry memperingati perayaan Cap Go Meh dengan pergi ke Buddhist Center di Maha Vihara Sejahtera Maitreya, Samarinda. "Ya lihat festival, lampion, dan food bazar," kenangnya. Tahun ini, dalam kondisi pandemi COVID-19. Ia mengaku akan merayakan Cap Go Meh. Hanya dengan keluarga inti di rumah. Sambil memasak sajian khas Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh, kue keranjang, dan onde-onde. "Kita tahun ini, tidak open house. Mematuhi kebijakan protokol kesehatan. Demi melindungi teman semua," ungkapnya. Yang terpenting, kata dia. Makna perayaan Cap Go Meh tetap ditanamkan sebagai tradisi luhur keluarga etnis Tionghoa yang harus dijaga.

BERHARAP KEBERKAHAN

Cap Go Meh bagi masyarakat Tionghoa sebagai sarana memanjat doa untuk melalui tahun dengan keberkahan rezeki dan kesehatan. 'Cap Go' dalam bahasa Mandarin berarti 15. Dan 'Meh' berarti malam. Sehingga Cap Go Meh dapat diartikan sebagai malam ke 15 setelah Tahun Baru Imlek. Sekaligus penanda, berakhirnya Imlek. Tahun ini, perayaan Cap Go Meh jatuh pada Hari Jumat, (26/2/2021). Sejarahnya, perayaan Cap Go Meh dulunya hanya dirayakan di kalangan tertentu. Yakni, kalangan keluarga istana dan bangsawan. Untuk menghormati Dewa Thai-yi. Dewa tertinggi pada masa Dinasti Han. Pada tahun 206 Sebelum Masehi (SM) hingga 221 Masehi. Setelah pemerintahan Dinasti Han berakhir. Perayaan Cap Go Meh terbuka bagi khalayak ramai. Pada tahun 618 hingga 907 Masehi di masa Dinasti Tang.  Cap Go Meh menjadi pesta rakyat hingga sekarang. Bagi kaum petani di China, Cap Go Meh juga memiliki makna khusus. Cap Go Meh, menjadi penanda bagi petani. Sebagai masa dimulainya bercocok tanam. Perayaan Cap Go Meh bagi mereka, menjadi bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Selain itu, sebagai  pengingat bahwa. Hasil tanaman yang mereka panen, adalah campur tangan  Sang Pencipta. Dalam memberikan kesuburan. Setiap perayaan Cap Go Meh, para petani akan memasang lampion di area persawahan. Lampion yang berbentuk bulat dan terang menyimbolkan bulan purnama. Yang menjadi penanda malam Cap Go Meh. Selain itu, lampion juga memiliki makna keuletan, kegigihan, dan kerja keras petani China di masa itu. Kini setiap tahunnya, perayaan Cap Go Meh dirayakan oleh seluruh etnis Tionghoa. Di seluruh dunia. Di negara asalnya, China, dan beberapa negara lain seperti Hong Kong, Taiwan, dan negara Asia Tenggara. Perayaan Cap Go Meh juga dikenal dengan nama Festival Yuan Xiao atau Shangyuan.  (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: