Sinyal Pemulihan Ekonomi, Pengusaha Tunggu Penurunan Suku Bunga Perbankan

Sinyal Pemulihan Ekonomi, Pengusaha Tunggu Penurunan Suku Bunga Perbankan

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR), pekan lalu. Keputusan itu dinilai konsisten. Dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah. Dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga. Dengan dorongan lain. Yakni sebagai momentum pemulihan ekonomi nasional.

Suku bunga ini memang berada di level terendah sepanjang sejarah. Hingga menimbulkan pertanyaan. Khususnya kepada perbankan yang dinilai sangat lambat merespons kebijakan BI tersebut. Sebelumnya, Ekonom Bumi Mulawarman Hairul Anwar menganalisa. Kebijakan BI itu adalah pertanda. Yang memang harus diperhatikan oleh perbankan. Menurut pria yang akrab disapa Cody ini, memang perbankan di Tanah Air cukup susah untuk diprediksi. Dan diambil pandangan soal langkah ke depan. “Kebanyakan bank kita (Indonesia) yang non-pemerintah, itu katanya terbuka. Tapi kepemilikan, itu di keluarga,” ungkap Cody, Jumat (19/2) lalu. Cody melanjutkan, banyak grup bisnis di Indonesia dikelola mereka yang masih dalam lingkaran keluarga. Bagi Cody, hal itu menimbulkan urgensi tersendiri. Yakni sebuah pembuktian. Dan kecurigaan dari masyarakat. “Jadi kecurigaan (yang timbul), uang-uang masyarakat itu dilimpahkan ke grup-grup bisnis itu,” katanya. Kata Cody, asumsi lain pun timbul. Ketika bank-bank berani menaruh bunga di atas acuan BI. Maka, logikanya, kata Cody, semua uang di perbankan telah habis. Cody mencontohkan, dalam mengurus surat peminjaman di bank cabang daerah. Yang memiliki kebijakan suku bunga berbeda dengan bank pusat. “Ini hal klasik di kita, bahkan hal-hal ini kembali ditanyakan lagi (oleh masyarakat) uangnya lari kemana? Itu salah,” tegas Cody. Untuk perbandingan, di luar negeri Cody melihat hal yang sangat berbeda. Angka suku bunga acuan berkisar di angka nol koma. Pengembalian keputusan suku bunga acuan, baik naik ataupun turun, diakui Cody juga berdasarkan pengaduan dari masyarakat. “Tapi kembali lagi, di pemerintah seperti apa meresponnya (aduan masyarakat),” tambahnya. Cody menegaskan, kejelasan soal uang beredar juga harus dilakukan. Agar tidak terjadi inflasi. Selisih persentase funding dan landing bank-bank dunia pun tak jauh. Seperti data suku bunga acuan negara tetangga. Januari ini, Malaysia menetapkan suku bunga 1,75 persen. Singapura 0,24 persen. Thailand 0,50 persen dan Filipina 2.50 persen. “Tapi mereka kan jelas, uangnya kemana, angkanya kenapa turun, itu jelas,” lanjutnya. Kepala Bidang (Kabid) Perbankan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kaltim Fahmi H. Zona juga memberikan tanggapan. Menurut Fahmi, dampak penurunan suku bunga memang ada. Apalagi soal merangsang investor untuk melakukan investasi. Kata Fahmi, investasi yang bisa dilakukan pun banyak. Dan daya beli dari masyarakan juga pasti ada. “Harapannya supaya pertumbuhan ekonomi makin baik kan, sebenarnya senada sih. Asal pemerintah bisa menekan perbankan,” ucapnya. Diakui Fahmi, ada ketakutan di masyarakat untuk berinvestasi. Dengan nominal suku bunga yang tinggi dari perbankan. Bagi Fahmi, penurunan suku bunga BI ini memang menjadi sinyal. Untuk perbaikan ekonomi di tahun depan. “DP nol persen sudah mulai digaungkan. Tapi kebijakan perbankan kan beda-beda, khususnya BUMN, yang memang butuh dukungan dari pemerintah,” tandasnya mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: