Transmisi Lokal Makin Berbahaya

Transmisi Lokal Makin Berbahaya

TANJUNG REDEB, DISWAY – Pelaku perjalanan bukan lagi penyumbang terbanyak kasus COVID-19 di Berau. Melainkan dari klaster transmisi lokal atau dari sumber tak diketahui. Bahkan, Kamis (4/2) kemarin, menyumbang 4 kematian dari klaster tersebut.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) atau Satgas COVID-19 Berau, per 4 Januari, tercatat kasus positif dari transmisi lokal menempati urutan pertama dengan 1.064 kasus, disusul klaster pelaku perjalanan 380 kasus, dan di urutan ketiga klaster keluarga 274 kasus. (selengkapnya lihat grafis) Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, saat ini sudah tidak bisa dibedakan yang mana kasus positif COVID-19 dari pelaku perjalanan, dan yang mana dari transmisi lokal. “Sangat susah, terkadang si pasien tidak kooperatif menjawab pertanyaan petugas. Mungkin saja dari mereka ada yang tidak jujur,” ujarnya kepada Disway Berau. Menurut Iswahyudi, sudah tidak penting pasien tersebut terjangkit atau terpapar dari mana. Yang jelas, sudah banyak kasus terkonfirmasi di Berau, yang belum terjaring. “Kita tidak usah pikirkan siapa yang positif, dan dari mana si pasien itu terpapar, fokus pada protokol kesehatan diri sendiri saja,” katanya. Berdasarkan anilisis perkembangan kasus terkonfirmasi COVID-19 per bulan, peningkatan terjadi sejak Desember 2020. Dan hingga sekarang terus menajak. Diakuinya, kasus positif di Berau, yang terbanyak dari sumber tidak diketahui atau transmisi lokal. Dibandingkan dengan klaster manapun, terutama pelaku perjalanan. “Coba perhatikan rilis setiap hari, pasti lebih banyak yang dari sumber tidak diketahui,” ungkapnya. Lanjutnya, peningkatan kasus terbanyak ada di Desember 2020. Dengan total terkonfirmasi 576 kasus. Sementara kasus kematian di Desember ada 10 kasus. Menyusul itu, peningkatan juga terjadi di Januari 2021, dengan total penambahan kasus 480 pasien. Hal itu juga berbanding lurus dengan kasus sembuh. “Bulan lalu 790 orang dinyatakan sembuh. Tapi kasus kematian juga banyak, total 18 pasien meninggal dunia,” sebutnya. “Terbanyak itu penambahan kasus mulai 20 Desember 2020 hingga 9 Januari 2021,” sambung Iswahyudi. Sementara itu, untuk Februari 2021, penambahan kasus terkofirmasi ada 78 pasien, 154 orang dinyatakan sembuh dan 6 orang meninggal dunia. “Hari ini saja ada 4 kasus kematian,” tegasnya, kemarin (4/2). Lanjutnya, kasus kematian yang terjadi kemarin, diakuinya merupakan bagian dari klaster transmisi lokal. Ke empat pasien yang dinyatakan meninggal itu tidak diketahui sumber penularannya dari mana. “Ini lah bahayanya. Dan mereka jadi korban juga sekarang,” ucapnya. Adapun 4 pasien meninggal adalah, MS (36) atau Berau-2.396 warga Teluk Bayur, SH (55) atau Berau-2.436 warga Tanjung Redeb, KDR (57) warga Kecamatan Batu Putih dengan kode Berau-2.437 dan yang terakhir adalah PH (51) warga Tanjung Redeb dengan kode Berau-2.481. “Keempatnya dimakamkan di Taman Makam Pasien COVID-1, Jalan Bukit Ria, Gunung Panjang,” katanya. Iswahyudi menegaskan, saat ini kecamatan dengan jumlah kasus positif terbanyak adalah Tanjung Redeb, yakni 720 kasus. Kemudian, Sambaliung 190 kasus. “Saya heran, padahal Tanjung Redeb ini banyak yang positif, tapi kok masih banyak yang nongkrong,” tanyanya. “Awal memang kita khawatirkan adalah pelaku perjalanan. Tapi sekarang, yang lokal ini yang makin berbahaya,” tegasnya. Iswahyudi juga menyebutkan, pasien yang dinyatakan positif COVID-19 paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia, 25 sampai 29 tahun. “Artinya usia muda paling banyak,” tandasnya*/fst/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: