Kondisi Ini Membuat Sekolah Menggelar Pembelajaran Tatap Muka
BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com - Proses belajar mengajar di tengah masa pandemi masih bertumpu pada metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Yang sudah berlangsung selama tiga semester sejak tahun lalu.
Meski demikian, sekolah daring bukan tanpa benturan. Masih ada kondisi tertentu yang membuat tatap muka harus dilakukan. Menyesuaikan kurikulum tahun 2013. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Balikpapan Muhaimin menyebut ada kondisi tertentu di mana anak didik diperbolehkan ke sekolah. Khususnya anak-anak yang duduk di bangku kelas 1 tingkat SD. "Memang (surat) edaran kita tidak boleh ada yang masuk sekolah, kecuali anak SD kelas 1. Itu pun terbatas hanya 5 orang, dengan prokes (protokol kesehatan)," ungkapnya. Muhaimin menyebut anak didik kelas 1 SD yang belum bisa baca tulis dan berhitung (calistung) diperbolehkan turun ke sekolah untuk mendapat bimbingan guru. Alternatif lainnya, yakni guru yang melakukan home visit ke rumah-rumah anak didiknya. "Nah, yang masuk sekolah yang tidak bisa baca tulis. Sementara kurikulum 2013 itu, kalau dia tidak bisa baca tulis, dia tidak akan bisa menyelesaikan tugas-tugas," katanya. Hal itu membuat para guru harus bekerja ekstra. Sejauh ini, kondisi lain yang menjadi benturan yakni adanya kasus orang tua yang gagap teknologi. Sehingga sulit mendampingi anaknya yang diwajibkan belajar melalui aplikasi daring. "Kan ada orang tua yang tidak bisa sama sekali. Sehingga anak-anak itu tetap diizinkan ke sekolah," katanya. Seiring berjalannya waktu, ada hal-hal yang tidak berubah. Misalnya anak-anak tetap diminta untuk menyelesaikan soal-soal dari gurunya masing-masing. Proses penilaian masih sama. Ada yang mengumpulkan tugas secara online. Ada juga yang diminta mengumpulkan tugasnya dengan datang ke sekolah pada hari-hari tertentu, misalnya Sabtu. "Tidak mesti hari Sabtu. Itu sesuai kebijakan sekolah masing-masing," katanya. (ryn/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: