Satgas Agendakan Sidak

Satgas Agendakan Sidak

 TANJUNG REDEB, DISWAY – Satgas COVID-19 berencana melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke PT Sumber Mitra Jaya (SMJ). Sementara, manajemen PT Sumber Mitra Jaya (SMJ) membantah tudingan, jika dinilai tidak terbuka dalam menangani penyebaran COVID-19.

Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengungkapkan, adanya penolakan terkait pemeriksaan lanjutan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di PT SMJ. Namun, sejauh ini, Iswahyudi mengaku, tidak mengetahui PT SMJ apakah memiliki tempat khusus atau tidak, untuk penanganan COVID-19. “Mereka mengaku punya tim Satgas, jadi Satgas ini yang melakukan pendataan terkait informasi COVID-19,” ujarnya. Ditegaskannya, jika perusahaan keras kepala terhadap keterbukaan informasi atau seolah menutup-nutupi perkembangan kasus di PT SMJ, maka bisa diberikan sanksi. “Kalau memang terjadi ledakan pasien terkonfirmasi di sana, maka perusahaan harus bertanggung jawab,” tegasnya. Lanjutnya, setiap badan usaha yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan harus bersiap menerima sanksi. Saksi tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 1 tahun 2021 atas Perubahan Perbup Nomor 52 tahun 2020, tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. “Jelas disebutkan dalam Perbup, sanksinya bisa cabut izin usaha. Kalau perusahaan tetap menutupi atau seolah menghalang-halangi proses scrining, maka akan kami laporkan ke Bupati,” katanya. Menurut Iswahyudi, hal tersebut harus dilakukan guna memberikan ketegasan terhadap perusahaan. Tak hanya PT SMJ, namun berlaku untuk semua usaha.“Kami tidak main-main,” tegasnya. Lanjutnya, akan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, yang juga masuk dalam Satgas COVID-19, terkait rencana sidak ke PT SMJ. “Akan kami komunikasikan sesegera mungkin soal sidak ini. Dan tentu itu akan menunggu kesepakatan dari BPBD Berau,” tandasnya. Sementara itu, Manajer HRD dan CSR PT SMJ, Nancy Manangkot mengatakan, dugaan yang dialamatkan kepada perusahaannya tidak benar.“Perlu saya katakan, kami tidak pernah menyembunyikan apapun terkait informasi COVID-19 dari siapapun. Karena kasus COVID ini merupakan pandemik, dan memang tidak bisa disembunyikan,” jelasnya. Bahkan, untuk menjelaskan persoalan tersebut, pihaknya juga telah mendatangi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Iswahyudi ke kantornya, namun yang bersangkutan tidak berada di tempat. “Saya juga tadi ke Dinkes untuk menyampaikan kejadian sebenarnya. Tapi tidak bertemu, karena beliau lagi tidak ada di kantor. Rencana besok akan diagendakan lagi,” katanya, Selasa (2/2) kemarin. Diterangkan Nancy, awal mula terjadinya kasus COVID-19 di lingkungan kerja SMJ, berawal dari salah seorang karyawan lokal berinisial MS, yang saat itu izin tidak masuk kerja. Tepatnya 10 Januari lalu, MS memberikan surat sakit dengan keterangan sakit demam tinggi. Kemudian, MS masuk bekerja hingga pukul 10.00 Wita, dan izin untuk pulang karena merasa demam. Saat itu, MS diminta pihak manajemen untuk melakukan swab antigen. Tetapi, MS tidak memberitahukan pihak perusahaan hasil dari tes itu. “MS tidak tinggal di mes. Pada 11 Januari, malam harinya pihak perusahaan mendapat kabar dari pihak ke-3 bahwa hasil antigen MS adalah reaktif, dan yang bersangkutan positif COVID-19 dengan status transimisi lokal,” jelasnya. Mengantisipasi penyebaran lebih luas lagi, pihak perusahaan melakukan tracing kepada karyawan yang diduga pernah kontak erat dengan MS. Setidaknya ada 7 karyawan yang pernah kontak dengan MS di swab antigen. Hasilnya 2 dari 7 karyawan reaktif. Kedua orang tersebut, dikatakan Nency, karantina mandiri, dan di observasi secara berkala terkait kondisi kesehatannya. Kemudian 12 Januari, berdasarkan hasil reaktif tersebut, pihak perusahaan melakukan tracing lanjutan, dan kemudian mengagendakan untuk melakukan swab antigen. “Kami juga menginstruksikan kepada karyawan yang kontak erat dengan karyawan reaktif untuk rapid atau swab antigen,” jelasnya. Pada 13 Januari, perusahaan melakukan tes PCR terhadap 6 karyawan di Klinik Tirta. Dan 5 orang dinyatakan positif COVID-19. Sesuai dengan hasil rilis Dinas Kesehatan Berau 14 Januari 2021, dengan kode pasien Berau 1729, Berau 1730, Berau 1731, Berau 1732, Berau 1733 dengan status klaster SMJ. “Bagaimana mungkin, kami menyembunyikan kasus COVID-19 sementara kasus COVID-19 di SMJ di rilis Dinkes Berau sebagai klaster SMJ. Jadi dalam menangani kasus ini kami selalu terbuka, dan selalu melaporkan setiap kasus yang terjadi. Tidak ada gunanya ditutup-tutupi,” jelasnya. Lanjutnya, pada 14 Januari, perusahaan kemudian melakukan tes antigen terhadap 13 karyawan lagi. Hasilnya, ada 2 orang reaktif dan 11 orang non reaktif. Dalam melakukan tracing, pihak SMJ telah mempersiapkan untuk swab antigen kepada 150 karyawan, yang diagendakan 15 Januari. Namun, hanya 85 karyawan yang dilakukan tes, dengan jumlah 7 orang reaktif serta jumlah 78 lainnya nonreaktif. Untuk karyawan positif yang tinggal di mes karantina mandiri. Dan karyawan yang tinggal di luar mes, diarahkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke Puskesmas Sambaliung, maupun Teluk Bayur. “Karyawan yang reaktif yang kebetulan adalah karyawan mes, karantina mandiri secara terpisah di area mes. Selama proses karantina mandiri ini karyawan diberikan multivitamin, suplemen, dan makanan yang dijaga kadar gizinya,” jelasnya. Sementara 16 Januari, perusahaan kembali melanjutkan kegiatan swab antigen terhadap 65 karyawan, dengan hasil 11 orang reaktif, dan 54 orang nonreaktif. Kemudian, pada 17-21 Januari 2021 ada 16 karyawan PT SMJ yang karantina mandiri di area mes. Saat karantina mandiri, tidak ada karyawan yang mengeluh ada gejala tertentu seperti batuk, pilek, pneumonia, maupun gejala lainnya. Karyawan yang karantina mandiri di mes juga diharuskan olahraga rutin dan berjemur setiap Pukul 10.00 Wita, hingga 11.30 Wita. Terdapat 14 Karyawan PT SMJ lokal yang karantina mandiri dan melaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat. “Tanggal 22 Januari 2021 perusahaan swab antigen terhadap 23 orang, terdiri dari 11 orang kontrol setelah karantina mandiri, dan 12 orang hasil tracing karyawan yang reaktif. Hasilnya, 3 orang masih reaktif dan sisanya non reaktif,” jelasnya Kemudian, 29 Januari, perusahaan kembali melakukan swab antigen sebagai kontrol, serta pengecekan ulang terhadap 10 karyawan yang karantina di mes. Hasilnya sudah nonreaktif (negatif) semua, termasuk RNB (26) yang berstatus karyawan Head Officer (HO) di Jakarta, yang dinyatakan meninggal akibat COVID-19 beberapa waktu lalu. Menurut Nancy, saat pengecekan ulang, RNB non rekatif. Kebetulan RNB juga akan dipulangkan kembali ke HO, sementara rapid test sebagai persyaratan, untuk transportasi udara di Klinik Berlian Bakti, dan hasilnya tersebut non reaktif. “Tetapi saat menuju ke bandara pada 30 Januari lalu, RNB mengeluk sesak napas, kemudian diantarkan ke RSUD dr Abdul Rivai untuk diperiksa. Padahal, kami beberapa kali sudah tanya, apakah ada gejala, dia mengaku tidak merasakan apa-apa,” jelasnya. Saat pemeriksaan rapid test antibody dan gula darah, RNB ternyata positif. Sementara hasil tes gula darahnya mencapai 500. Meski sempat dilakukan perawatan, RNB tidak tertolong. Dia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 10.15 Wita, dan dimakamkan secara protokol COVID-19. “Saat di rumah sakit itu baru diketahui, bahwa RNB ini memiliki riwayat asma akut dan asam urat. Saat itu juga dilakukan PCR,” jelasnya. Pada intinya, pihaknya telah menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan dari pemerintah daerah. Bahkan, di beberapa tempat ketika memasuki areal pekerjaan juga disediakan tempat mencuci tangan. “Penyemprotan disinfektan, dan pengukur suhu badan karyawan juga dilakukan. Semua kami terapkan di sana,” jelasnya. Bahkan katanya, karyawan yang sudah negatif dan akan masuk kerja juga harus dibekali surat keterangan dari tenaga medis. Yang jelas, mengapa pasien karantina di mes perusahaan karena tempat yang disediakan pemerintah juga sudah penuh. Dan itu, juga sudah dikoordinasikan dengan tenaga kesehatan yang saat itu menangani. “Memang rata-rata mereka yang positif di SMJ tidak ada gejala. Bagi karyawan yang tinggal di luar mes, itu kami carikan rumah kontrakan. Mereka kami perhatikan, mulai makan, dan mulitvitaminnya. Jadi selalu dipantau rutin,” tuturnya. Pada intinya, pihaknya selalu terbuka dan selalu berkomunikasi dengan tenaga medis terkait penanganan kasus COVID-19 di lingkungan kerjanya. “Kami sangat terbuka atas hal itu. Jika dibilang tidak kooperatif, dan tertutup kami tegaskan, itu tidak benar, dan kami selalu menyampaikan informasi jika ada karyawan kami yang terpapar,” pungkasnya. */fst/*zza/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: