IHSG Pekan Ini: Terkoreksi dan Potensi Rebound di Akhir Pekan

IHSG Pekan Ini: Terkoreksi dan Potensi Rebound di Akhir Pekan

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Analis Pasar Saham Hans Kwee memperkirakan pasar saham dapat kembali terkoreksi di awal pekan dan berpotensi rebound di akhir pekan. Menurutnya, penurunan harga saham banyak mendorong terjadinya forced sell yang dilakukan sekuritas. Hal itu untuk mengurangi posisi margin nasabah ritel juga menjadi pemberat pasar.

Maka dalam sepekan ini, kata dia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak dengan support di level 5,563 sampai 5,700 dan resistance di level 6,068 sampai 6,154. “Sebaiknya tidak panik jual tetapi mulai akumulasi saham-saham yang berfundametal baik dan telah melemah banyak,” kata Hans Kwee saat dihubungi, Minggu (31/1/2021). Kata Hans, ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar negeri, pelaku pasar awalnya berharap awal Februari stimulus fiskal AS yang diusulkan Biden sudah dapat disetujui. Tetapi saat ini Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan terbuka untuk menyusun ulang proposal bantuan COVID-19 senilai USD 1,9 triliun karena pemerintah mengejar kesepakatan bipartisan. Memang ada peluang menempuh jalur khusus dengan pengambilan suara dan mengandalkan suara Partai Demokrat. Politisi dari Partai Republik dari awal telah menolak jumlah stimulus fiskal usulan Biden. Karena menilai angkanya terlalu besar dan terlalu cepat setelah paket senilai USD 900 miliar digelontorkan bulan lalu. Dikabarkan, beberapa anggota parlemen Partai Demokrat ikut mempertanyakan dasar dari besaran yang diajukan. Hal ini membuat potensi tertundanya paket stimulus fiskal Biden empat sampai enam pekan ke depan. “Hal ini menjadi salah satu sentimen negatif di pasar. Perkembangan stimulus fiskal akan sangat dicermati pelaku pasar,” ucap Direktur Anugerah Mega Investama itu. Kemudian persaingan investor ritel vs hedge fund menjadi hiruk pikuk di pasar Wall Street seminggu terakhir. Investor ritel yang terorganisir melalui forum online Reddit, telah memaksa hedge fund membalikkan posisi short dan menderita kerugian. Hedge fund yang menderita kerugian terpaksa mengurangi kepemilikan ekuitasnya untuk mengumpulkan dana tunai. Inilah yang membuat tekanan jual pada bursa Wall Street. Beberapa saham seperti GameStop dan AMC Entertainment telah naik tajam dalam waktu pendek dan menjauhi nilai fundamentalnya. Saham ini dianggap naik tidak masuk akal akibat aksi beli investor ritel. Panasnya persaingan investor ritel dan hedge fund berpotensi menyebabkan pasar saham AS menjadi lebih berfluktuasi dan cenderung tertekan turun. Sentimen selanjutnya. Ekonomi Amerika pada kuartal IV 2020 tercatat tumbuh 4%. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan kuartal tiga yang tumbuh 33.4%. Data pertumbuhan ini sedikit di bawah ekspektasi Wall Street di level 4.3%. Dengan pertumbuhan tersebut maka di sepanjang 2020 ekonomi Amerika terkontraksi -3.5%. Kontraksi perekonomian Amerika Serikat merupakan yang tertajam sejak Perang Dunia II. Perekonomian 2020, dipengaruhi pandemi yang menghancurkan bisnis jasa, seperti restoran dan maskapai penerbangan. Pandemi juga membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin. Solusi yang diberikan IMF adalah mendorong negara maju untuk memiliki tingkat utang publik yang jauh lebih tinggi setelah krisis pandemi COVID-19. “Kepastian kebijakan fiskal AS menjadi sangat penting bagai perekonomian dan pasar saham,” ujarnya. Hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. The Fed berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus corona. Saat ini, The Fed membeli obligasi pemerintah AS sebanyak USD 80 miliar per bulan dan aset beragun kredit properti (mortgage-based securities) USD 40 miliar. The Fed tidak memberikan indikasi akan dilakukan tapering atau pengurangan quantitative easing. The Fed memberikan komentar outlook ekonomi yang suram karena perlambatan pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi sangat tergantung pada peluncuran vaksin, tetapi saat ini pelaksanaan vaksin terlihat lambat di berbagai negara. Hal ini yang menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan. Sentimen selanjutnya terkait vaksin. Masalah vaksin menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar. Terlihat ada masalah pasokan vaksin di Uni Eropa. Otoritas pengawasan obat Eropa telah menyetujui vaksin hasil kerja sama AstraZeneca dan Oxford University's untuk penduduk berusia 18 tahun. Ini merupakan vaksin ketiga yang akan diizinkan untuk digunakan di Eropa selain Pfizer dan Moderna. Saat ini Eropa sangat membutuhkan lebih banyak vaksin untuk mempercepat program vaksinasinya. Tetapi AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna menghadapi kesulitan mengirimkan vaksin ke Uni Eropa. Masalah pasokan dan distribusi vaksin mungkin akan terjadi di banyak negara. Masalah ini membuat vaksin mungkin tidak akan efektif dalam dua sampai tiga bulan ke depan. Hal ini memaksa banyak negara melakukan lockdown ketat untuk mencegah penularan virus COVID-19 yang berpotensi merusak pemulihan ekonomi yang sedang terjadi. Vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson efektif 72% dalam mencegah COVID-19 di Amerika Serikat. Tetapi hanya 66% efektif dalam uji klinis global yang dilakukan di tiga benua dan terhadap berbagai varian baru COVID-19. “Hasil ini mengecewakan dan membuat pasar Wall Street tertekan turun. Ada banyak harapan untuk vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson untuk menghadapi pandemi,” terangnya. Di sisi lain, perusahaan bioteknologi Novavax yang bermarkas di Gaithersburg, Maryland, AS, melaporkan bahwa vaksin virus COVID-19 produksinya efektif 89,3 % dalam mencegah COVID-19 dalam uji klinis fase tiga yang dilakukan di Inggris. Hasil ini memang lebih rendah dibandingkan dengan dua vaksin corona dari Pfizer/BioNTech dan Moderna, yang efektif 95% dan 94,5 % dalam mencegah gejala penyakit dalam uji klinis yang diberikan dalam dua dosis. Perkembangan vaksin sangat mempengaruhi pasar keuangan global. Selanjutnya, Hans Kwee mengatakan, International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Dalam World Economic Outlook Update: January 2021, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 4,8%. Proyeksi ini lebih rendah 1,3 persen bila dibandingkan dengan estimasi IMF pada Oktober 2020 yang memperkirakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 6,1%. Bank Dunia juga merevisi turun 0,2 persen pertumbuhan PDB RI di 2021 menjadi 4,4%. Revisi turun pertumbuhan ekonomi di 2021 akan dialami banyak negara, akibat naiknya kasus COVID-19. Vaksin nampaknya butuh waktu 2 sampai 3 bulan agar efektif, sehingga memaksa banyak negara melakukan pembatasan sosial yang ketat. “Hal ini berdampak pada turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan,” tandasnya. Dan sentimen terakhir, pelaksanaan vaksin COVID-19 terlihat dinilai lebih lambat dari target. Saat ini ada 250 ribu nakes telah divaksin dari target 1,3 juta nakes. Jumlah pelaksanaan vaksin harian 50 ribu orang per hari di bawah target 900 ribu orang per hari. Bila pemerintah mengejar target 70% populasi divaksin untuk membentuk herd immunity dalam satu tahun, maka minimal 518 ribu orang divaksin per hari di seluruh Indonesia. Ketersediaan vaksin dan distribusi di negara kepulauan seperti Indonesia tentu akan menjadi masalah. “Harusnya pihak swasta dilibatkan dalam program vaksin nasional untuk mempercepat dan mengurangi beban pemerintah. Apalagi kasus COVI-19 di Indonesia terlihat masih terus naik dan pekan lalu berhasil menembus angka 1 juta,” ujarnya. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: