Sumber Pendapatan Baru, Ratusan Juta dari Lidi Sawit

Sumber Pendapatan Baru, Ratusan Juta dari Lidi Sawit

Jenis komoditi ekspor dari Kalimantan Timur terus bertambah. Selain minyak goreng bekas, kini muncul lidi sawit.

SAMARINDA, nomorsatukaltim.com – Kelapa sawit memang sumber duit. Tak hanya buah yang menghasilkan uang. Limbahnya ikut mengalirkan cuan. Tengok saja laporan ekspor BPS (Badan Pusat Statistik). Kita akan jumpai tandan kosong kelapa sawit, cangkang, limbah cair, batang, dan paling anyar, lidi sawit. Semua menghasilkan devisa. Dalam bulan ini, Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak sebagai pengepul lidi sawit mulai menandatangani kontrak. Ekspor besar-besaran pun dilakukan. Sebanyak 10 kontainer lidi sawit akan dikirim ke berbagai negara. Direktur CV Masagenah, Widya Hana Sofia bisa dibilang jeli melihat peluang. Ia berhasil meraih kontrak pengiriman lidi sawit untuk setahun ke depan. Pengiriman dilakukan sebulan sekali. "Jadi bisa dibilang, 10 kontainer dan 12 kali (pengiriman), mencapai 120 kontainer (yang rutin) kami kirimkan ke sana," ungkapnya, Minggu (24/01). Widya Hana Sofia menceritakan, beberapa negara yang mengimpor lidi sawit ialah Nepal, Hongkong, Qabul, Pakistan, dan India. Untuk negara pertama yang dikirimkan, ialah Hongkong. Manfaat lidi sawit, tak jauh berbeda dengan lidi nipah yang juga sudah diekspor. Yakni sebagai campuran bahan pembuatan asbes. Dan lapisan dasar karpet. "Tapi mungkin juga sebagai pembanding, antara lidi nipah dan lidi sawit. Karena memang lidi sawit ini jauh lebih tipis dibandingkan lidi nipah," kata perempuan pertama yang juga mengeskpor lidi nipah itu. Kepercayaan yang diperoleh CV Masagenah merupakan referensi dari kedutaan Indonesia di negara-negara tujuan. "Karena itu kita dapat kontrak panjang dari mereka, dan permintaannya besar," katanya. Kebutuhan yang besar akan lidi sawit ditopang sumber bahan baku. Kutai Timur menjadi daerah utama penghasil lidi sawit. Sekaligus perajin lidi sawit terbanyak di Kaltim. Widya mengatakan, lidi sawit memang sumber penghasilan tambahan bagi para petani sawit. Karena dikerjakan para ibu rumah tangga. Daerah lain yang memiliki potensi ialah Kutai Kartanegara. Untuk bisa memenuhi impor, CV Masagenah harus bisa menjaga kualitas, kuantitas dan produktivitas. “Kuantitas, saat ini sedang diupayakan untuk bisa tercapai. Kemudian untuk kontinuitas, asal di Bumi Mulawarman masih ada perkebunan sawit, secara rutin akan terus dilakukan ekspor.” Kapasitas minimal yang harus dipenuhi sebanyak 5 kontainer 40 feet berisi 25 ton. Omset yang diperoleh dengan pengiriman satu kontainer senilai US$ 8.000 atau Rp 112 juta rupiah dengan kurs Rp 14 ribu. Salah satu kendala yang dialami Widya saat ini ialah tingginya biaya pengiriman. “Meski kontainer ekspor di Jawa Timur dan Jakarta, mulai mengalami penurunan. Justru di Kaltim yang naik,” katanya. Menurut Widya, dengan layanan  direct call seharusnya menekan biaya pengiriman. "Harusnya direct call lebih murah, tapi tidak begitu. Importir kita yang murah, rate ocean freight kita yang mahal," tegasnya. Widya mengaku tak bisa menekan harga dari petani. Ia memilih upaya mengurangi cost pengiriman dengan menunggu tarif angkutan laut turun.

SURPLUS

Terkait komoditi baru yang menjadi penopang ekspor Kaltim, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim menyebut surplus neraca perdagangan ekspor dan impor Kaltim mencapai USD 8,687 miliar. Total ekspor Kaltim hingga Oktober tahun lalu mencapai USD 10,381 miliar terdiri dari Migas sebesar USD 978 juta dan Nonmigas USD 9,402 miliar. Sementara total impor mencapai  USD 1,693 miliar, terdiri dari Migas sebesar USD 818 juta dan Nonmigas USD 875 juta. Dengan demikan, secara keseluruhan terdapat selisih sebesar USD 8,687 miliar dengan rincian USD 8,526 tanpa Migas. Komoditi baru yang diekspor antara lain lidi nipah, jelantah (minyak goreng bekas), porang, dan sebagainya.  Lidi nipah perdana diekspor ke India, sedangkan jelantah Kaltim menjadi langganan sejumlah negara di Eropa, antara lain Belanda, Spanyol dan Portugal. Ekspor dua komoditas nonmigas itu, selain porang, menjadi bagian dari ekspor produk Indonesia bernilai tambah dan sustainable ke pasar global. Nilai ekspor lidi nipah ke India mencapai USD 408.000. Lidi nipah akan digunakan sebagai  campuran bahan pembuatan asbes dan lapisan dasar karpet. “Tersedia lahan 30.000 hektar untuk pengembangan nipah di kawasan Delta Mahakam. Saat ini baru dimanfaatkan sekitar 50 hektar,” sebut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kaltim Yadi Robyan Noor. Sedangkan di Negara-negara maju Eropa, jelantah Kaltim digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Salah satunya dimanfaatkan untuk pengoperasian kincir angin. Tujuh perusahaan Kaltim yang ikut melakukan ekspor ialah CV Tiga A Balikpapan, CV Masagenah, PT Garuda Sinar Perkasa, dan PT Syam Surya Mandiri. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yaitu PT Pupuk Kaltim, PT SLJ Global, dan PT Kutai Refinery Nusantara masuk dalam skala besar. Produk yang diekspor antara lain urea, amoniak, udang beku, plywood, RBD palm oil, produk perikanan, lidi nipah dan jelantah (minyak sisa pakai).  (nad/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: