Hanya Genangan, tapi Timbulkan Kerugian
Samarinda, Nomorsatukaltim.com - Hujan mengguyur Samarinda Rabu 13 Januari lalu sejak petang. Dalam dua jam sejumlah titik jalan arteri dilaporkan tegenang. Tim ITS-TRC dan Relawan Kota Samarinda melaporkan, hingga pukul 23.30 Wita, ada 30 titik yang terkunci oleh genangan.
Kemudian dilaporkan terdapat pohon tumbang di dua titik. Dan 12 titik diketahui terjadi tanah longsor. Tinggi muka air rata-tata terpantau 30 sentimeter sampai 1 meter. Hingga kini, belum ada laporan resmi instansi terkait. Terhadap nilai kerugian yang ditimbulkan peristiwa yang selalu menjadi momok bagi warga Kota Tepian tersebut. Persoalannya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengklaim, bahwa yang terjadi hanya genangan. Belum termasuk klasifikasi banjir. Sehingga, rasanya sulit berharap mengetahui nilai kerugian. "Untuk saat ini daerah yang masih tergenang hanya daerah Sungai Pinang. Untuk yang parah tidak ada. Hanya saja untuk akses jalan raya sedikit mengganggu pengguna jalan. Untuk sekarang kondisi genangan sudah berangsur surut," demikian disampaikan Pusdalops BPBD Samarinda. Untuk memberi gambaran, media ini mewawancara Arif. Seorang pengusaha perbaikan barang elektronik. Ia ditemui di Jalan DI Panjaitan, RT 15, Kelurahan Gunung Lingai. Arif mengaku, dari kejadian malam itu, ia menanggung kerugian sebesar Rp 5 juta. Sebab semua peralatan dan barang-barang yang mestinya diperbaiki, malah terendam. Kendati begitu, ia mengatakan, masih bisa menyelamatkan 80 persen dari barang-barang di kios yang disewanya itu. Arif bercerita, hujan di kawasan itu, telah turun mulai sore. Kemudian air meninggi sekira pukul 10 malam. Ketinggian air, katanya, sekitar 1 meter. "Kami semalam, baru bisa pulang ke rumah jam setengah 4 (dini hari). Menunggu agak sedikit surut," kata Arif, ditemui Kamis (14/1). Pria yang sudah membuka jasa service barang elektronik sejak 2007 di kawasan itu, menggambarkan bahwa kejadian malam itu sebagai banjir terparah. Tidak seperti biasanya. "Enggak menyangka sampai setinggi itu banjirnya. Biasanya masih di bawah lutut. Tapi di sini memang paling rawan," katanya. Ia menduga, penyebabnya adalah proyek perbaikan gorong-gorong di dekat kiosnya itu. Sejak ada proyek itu, kata Arif, hujan sekira dua jam saja sudah langsung menyebabkan banjir. "Semenjak ada gorong-gorong, banjir makin parah. Padahal baru diperbaiki untuk mengendalikan banjir," ucapnya. Arif dan tiga karyawannya, terpaksa harus menunda membuka kios. Sejak pagi ia harus membersihkan kios. Sebelum mulai dibuka sore harinya. Sementara itu, Krisdiyanto, pengamat sekaligus aktivis lingkungan mengungkapkan bahwa genangan tidak bisa dianggap remeh. Terlepas dia masuk klasifikasi banjir atau tidak. "Memang genangan, karena air hanya 'parkir' sementara. Tapi kalau genangan itu bisa menyebabkan kerugian, sama saja," kata Kris, sapaannya. Ia mengatakan, untuk menentukan tingkat kerawanan peristiwa banjir atau genangan, dapat melihat fakta ada atau tidaknya kerugian yang ditimbulkan. Kemudian, katanya, mengakibatkan korban jiwa atau tidak. Dan menyebabkan kerugian materi atau tidak. Terlepas dari itu, ia menjelaskan, bahwa memang kondisi saat ini adalah rawan. Sudah sepuluh hari terakhir intensitas hujan tinggi. Padahal, menurut pemahamannya, ketika telah mencapai 10 hari, tanah akan menjadi jenuh. Kemampuan diresapi air menjadi berkurang. Itulah sebabnya mengapa mudah timbul genangan. Kemudian air meluap. Langsung mengalir di permukaan, tidak terserap. Di satu sisi, ia menilai bahwa sistem drainase tidak berjalan baik. Air, katanya, 'mengantre' untuk mengalir. "Yang jadi masalah, adalah parit-parit. Sekarang memang banyak pengerjaan parit. Dibesarkan. Contohnya Jalan DI Pandjaitan, kiri kanan besar. Tapi tetap saja ujungnya di Sungai Mati kan tersumbat, atau mengecil. Karena lahannya belum dibebaskan," imbuh Kris. (das/eny)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: