Sektor Properti Terdampak Daya Beli dan Kuota Subsidi

Sektor Properti Terdampak Daya Beli dan Kuota Subsidi

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Pandemi virus corona atau COVID-19 memberikan dampak pada permintaan properti. Permintaan turun drastis. Meski demikian, masih ada harapan permintaan hunian pada tahun ini akan kembali bangkit dibanding 2020.

Daya beli masyarakat menjadi faktor penting bagi bisnis properti. Sehingga pada tahun lalu, sektor ini belum dapat bergerak banyak di masa pandemi. “Sekarang dengan kondisi begini orang akan lebih memilih kebutuhan yang lebih penting. Belum bicara daya beli dan ekonomi apakah akan membaik lagi atau tidak. Kita belum tahu,” kata Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Balikpapan, Ketut Astana, Selasa (12/1/2021). Sehingga menurutnya, daya beli masyarakat menjadi faktor penting bagi bisnis properti. Sepanjang 2020, bisnis properti hampir tidak berjalan alias stagnan. Di samping menurunnya daya beli, pemangkasan kuota subsidi dari Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) juga menyebabkan bisnis properti kian sulit berkembang. “Kita sudah berupaya untuk selalu komunikasi, semoga keadaan tahun 2021 bisa lebih baik lah,” ujar Ketut Astana. Terkait dengan turunnya bunga acuan, dia menilai tidak berdampak besar jika dibandingkan daya beli masyarakat.  Adanya daya beli masyarakat dapat mengembalikan geliat investasi bagi developer yang ingin membangun bisnisnya di Balikpapan. "Banyak (developer) yang bisa bangun (properti), tapi kalau tidak ada yang beli mereka tidak mau investasi yang tertanam begitu aja,” imbuhnya. Ketut menjelaskan, kondisi saat ini developer banyak memiliki stok rumah. Namun kesulitan memasarkan. Di mana, hanya sedikit perumahan yang terjual. “Realisasi tahun ini mungkin sekitar 1.500 unit. Ada izin (unit) baru 1 atau 2, (tetapi) kebanyakan (berasal dari) revisi," sebutnya. Adapun jenis perumahan yang dibeli adalah berasal dari kalangan menengah ke bawah. Sedangkan untuk program Perumahan Jokowi lebih ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). "Harga di FLPP atau Rp 400 juta ke bawah yang masih diminati masyarakat, tetapi tergantung dari perkembangan covid juga," terang Ketut. Ketut mengharapkan bahwa dengan ketersediaan vaksin bisa menggerakkan ekonomi termasuk sektor properti. “Apabila vaksin berhasil, yang mana kemungkinan terjadi peningkatan bisa terjadi mengingat peluang di bisnis properti masih besar. Apalagi Balikpapan kota penyangga ibu kota negara (IKN),” tambahnya. (fey)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: