Sansis Children Village, Kampung Inggris Tiga Tahun Eksis

Sansis Children Village, Kampung Inggris Tiga Tahun Eksis

PPU, nomorsatukaltim.com – Sudah tiga tahun berjalan, Kampung Inggris Lawe-Lawe, PPU tetap eksis. Meramu kader. Mencetak SDM. Dan pastinya mengajar Bahasa Inggris. Pandemi bukan alasan untuk behenti.

Namanya Sansis Children Village. Dulu mereka mengajarnya menumpang di Pendopo Kelurahan Lawe-Lawe. Terbentuk sejak 2017. Saat itu pendaftaran digratiskan. Malahan Ketua Yayasan Sansis Children Village, Sandry menegaskan akan tetap digratiskan. Selamanya. "Bukan hanya anak-anak saja, tapi juga akan diikuti orang dewasa dan umum. Kami akan upayakan tetap gratis," katanya saat ditemui Disway Kaltim, Selasa (12/1/2021). Namun tahun ini mereka sudah punya sarpras sendiri. Beberapa pendopo. Bantuan dari Pertamina ru V. Dengan kata lain tahun ini mereka sudah punya ruang kelas mandiri. Kampung ini punya misi besar. Lebih dari sekedar melakukan transfer ilmu bahasa. Juga menghidupkan kehidupan sosial masyarakat. Karena itu salah satu pola mengajar ialah melibatkan pelajar sebagai relawan. Sehingga dalam menularkan ilmunya didasarkan pada keikhlasan dan semangat pengabdian. Sandry tidak sendirian. Ada rekannya sebagai tutor Bahasa Inggris. Siska namanya. Mereka berdua menjadi partner yang tidak bisa terlepas. Begitupun untuk jumlah relawannya. Terus bertambah. Para relawan tersebut turut membantu perekonomian warga setempat. Karena notabene mendapat biaya akomodasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baik itu dari dalam negeri. Atau pun LSM dari luar negeri. Biasanya, para relawan itu akan menginap di rumah warga sekitar. Muridnya pun beragam. Tidak hanya anak-anak tapi juga kalangan umum. Maret 2020. COVID-19 mulai menyerang Kaltim. Hingga sekarang. Mau tidak mau berimbas pula dengan keberadaan kampung Inggris. Tetap jalan, tegas Sandri. Meski tidak maksimal. Kelas dibuka namun dengan jumlah siswa terbatas. Jadwal belajar lebih sedikit. Protokol kesehatan tetap diutamakan. Pendaftaran periode tahun ini tetap dibuka. Sejak Senin (11/1/2020) lalu.  Sandry optimistis tahun ini semua bisa berjalan seperti sedia kala. "Kami mengklasifikasikan siswa yang belajar. Nanti hanya untuk 10 tahun ke atas. Adapun usia di bawahnya belum direkomendasi karena khawatir daya tahan tubuh mereka masih rentan terpapar corona," urai dia. Selain itu materi juga berbeda. Pun dengan metode belajar. Hanya seputar games dan conversation saja. "Soalnya kalau masih diajari sama dengan sistem di sekolah, tentu anak-anak sudah boring (bosan). Nah, selain itu nanti kita putarkan visual-visual berkaitan dengan kegitan ini. Kemudian kita adakan diskusi dan lebih banyak percakapan," sambungnya. Dalam periode ini tenaga pengajar yang tersedia ada empat guru lokal. Bila pandemi sudah melandai, yayasan akan mendatangkan tenaga pengajar dari luar negeri. Amerika dan Australia. Maunya. Wakil Bupati PPU, Hamdam Pongrewa menyebutkan adanya Kampung Inggris di daerah PPU jelas menambahkan warna di Indonesia. Berdirinya kampung ini akan memberikan banyak manfaat ke depannya. Utamanya dalam kapasitas sumber daya manusia (SDM). Seiring dengan berpindahnya ibu kota negara (IKN) ke Kaltim. "Harapan kita nantinya akan mengajari putra putri kita dalam berbahasa Ingris dengan baik. Di samping itu pula, keberadaan Yayasan Sansis tentu akan menggerakkan sektor pariwiata di daerah ini," bebernya. Tentu dalam hal  pemerintah daerah mengapresiasi penuh. Juga kepada masyarakat sekitar. Yang telah memberi dukungan berdirinya yayasan ini. (rsy/boy)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: