Desember, NTP Kaltim Naik 1,27 Persen

Desember, NTP Kaltim Naik 1,27 Persen

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kaltim Desember 2020 sebesar 114,97. Atau naik 1,27 persen dibanding NTP November 2020.

Kenaikan itu, menurut Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur (BPS Kaltim) Anggoro Dwitjahyono mengartikan bahwa petani mengalami peningkatan daya beli. Lantaran, harga yang petani terima mengalami kenaikan yang lebih cepat. "Daripada harga yang mereka bayar terhadap tahun dasar (tahun 2018)," ungkapnya. Peningkatan NTP disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik lebih tinggi. Dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It merupakan nilai produksi yang dijual petani dari tiap jenis barang hasil pertanian. Dari It dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Di Desember kemarin, It mencapai nilai sebesar 120,56. Menunjukkan bahwa tingkat harga produksi pertanian mengalami kenaikan secara rata-rata 20,56 persen terhadap produk yang sama pada tahun dasar. Secara umum It di Desember juga meningkat 1,51 persen. Jika dilihat per subsektor. Terdapat tiga subsektor pertanian yang mengalami peningkatan. Yaitu subsektor hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Peningkatan tertinggi terjadi di subsektor hortikultura sebesar 3,21 persen. Sedangkan peningkatan terendah terjadi di perikanan yaitu 0,51 persen. "Sementara itu, dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Yaitu subsektor tanaman pangan -0,76 persen dan subsektor peternakan -0,69 persen," sambat Anggoro Dwitjahyono. Untuk Ib, merupakan nilai barang yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani untuk menghasilkan tanaman yang diusahakan. Dapat dilihat, harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar. Serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Desember, Ib Kaltim sebesar 104,86. Naik 0,24 persen bila dibandingkan November 2020. Peningkatan Ib terjadi karena indeks konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,31 persen. Dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik sebesar 0,12 persen. "Selain itu, peningkatan Ib terjadi pada semua subsektor," kata Anggoro. NTP Kaltim per subsektor yaitu Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP), Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT), dan Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP). Nilainya masing-masing NTPP sebesar 98,37; NTPH sebesar 105,26; NTPR sebesar 135,12; NTPT sebesar 102,54; dan NTNP sebesar 102,57. NTPP kembali mengalami penurunan sebesar 1,00 persen. Penurunan NTPP di Desember 2020, disebabkan karena It turun sebesar 0,76 persen. Sedangkan Ib naik sebesar 0,24 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, peningkatan It terjadi pada kelompok palawija dengan persentase peningkatan sebesar 0,83 persen. Sedangkan kelompok padi mengalami penurunan sebesar 1,28 persen. Selanjutnya, Ib pada kelompok konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,30 persen. Dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,08 persen. "NTP subsektor Tanaman Pangan menjadi yang terendah di antara subsektor pertanian lainnya," tambahnya. Untuk NTPH kembali mengalami peningkatan di Desember 2020. NTPH naik sebesar 2,91 persen. Peningkatan NTPH disebabkan karena It naik sebesar 3,21 persen sedangkan Ib hanya naik sebesar 0,29 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, peningkatan terjadi pada kelompok sayur-sayuran dan buah-buahan. Dengan peningkatan masing-masing sebesar 4,77 persen dan 1,58 persen. Sementara itu, kelompok tanaman obat-obatan mengalami penurunan sebesar 0,71 persen. Selanjutnya, Ib pada kelompok konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,30 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,20 persen. NTPR naik sebesar 2,66 persen terhadap bulan sebelumnya. Peningkatan NTPR disebabkan karena It tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 2,94 persen. Sedangkan Ib hanya naik sebesar 0,27 persen. Peningkatan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,29 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,24 persen. "NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat masih menjadi yang tertinggi di antara subsektor pertanian lainnya," terang Anggoro.   Untuk NTPT mengalami penurunan setelah pada bulan sebelumnya, November 2020, mengalami peningkatan. NTPT turun sebesar 0,77 persen. Penurunan pada bulan ini disebabkan karena It turun sebesar 0,69 persen sedangkan Ib naik sebesar 0,09 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, penurunan It terjadi pada semua kelompok. Penurunan tertinggi terjadi pada kelompok ternak besar senilai -2,16 persen. Sedangkan penurunan terendah terjadi pada kelompok unggas sebesar -0,08 persen. Selanjutnya, Ib pada kelompok konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,35 persen. "Tapi Ib pada kelompok BPPBM (NTPT) turun sebesar 0,20 persen," ujar Anggoro. Kemudian untuk NTNP di Desember 2020 mengalami peningkatan setelah sebelumnya, di November 2020 mengalami penurunan. NTNP naik sebesar 0,24 persen terhadap November 2020. Peningkatan NTNP disebabkan karena It naik sebesar 0,51 persen. Sedangkan ib hanya naik sebesar 0,28 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, peningkatan It terjadi pada kelompok perikanan budi daya dengan persentase peningkatan sebesar 2,17 persen. Sementara itu, kelompok perikanan tangkap mengalami penurunan sebesar 0,26 persen. Selanjutnya, peningkatan Ib terjadi pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,38 persen. Dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,07 persen. Desmeber lalu, terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTP. Yaitu subsektor hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan subsektor perikanan. Masing-masing sebesar 2,91 persen, 2,66 persen, dan 0,24 persen. Sementara itu, dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Yaitu subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan. "Tanaman pangan -1,00 persen. Lalu peternakan -0,77 persen," ucap Anggoro. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Bumi Mulawarman di Desember lalu mencapai 115,74. Atau naik 1,39 persen dibanding NTUP November. Yang tercatat hanya sebesar 114,15. Terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTUP. Yaitu hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Masing-masing 3,00 persen, 2,69 persen, dan 0,44 persen. Sementara itu, dua subsektor pertanian lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman pangan -0,84 persen. Dan subsektor peternakan -0,49 persen. NTUP pada semua subsektor memiliki nilai rasio di atas 100. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada kelima subsektor tersebut mengalami peningkatan dalam hal perdagangan. Di mana harga yang mereka terima mengalami kenaikan yang lebih cepat daripada harga yang mereka bayar "Khususnya untuk produksi pertanian pada subsektor tanaman perkebunan rakyat terhadap tahun dasar (tahun 2018)," tutup Anggoro. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: