Berawal dari Keprihatinan

Berawal dari Keprihatinan

BERAWAL dari keprihantinan banyaknya sampah plastik dan sisa makanan di lingkungan tempat tinggalnya, membuat Faizan (56), warga Jalan Gajah Mada RT 04 Kelurahan Karang Rejo, Kecamatan Tarakan Barat, mencari cara agar sampah akhirnya bermanfaat.

Akhirnya, pria kelahiran Surabaya ini, “menyulap” sampah plastik menjadi 4 bahan bakar. “Waktu itu saya berpikir bagaimana kalau sampah ini bisa diolah. Sebenarnya, untuk basic sendiri, saya tidak punya ilmu ini. Tapi saya bereksperimen. Murni dari sikap spontanitas melihat keadaan," ujar pria kelahiran 1962 ini, dilansir Kalpress.com, Minggu (27/12). Faizan sebelumnya hanya pernah mendapatkan ilmu bagaimana mengolah sampah menjadi kompos. 2006 silam. Dari salah satu LSM. Bermodal pelatihan itulah dirinya terus berinovasi. Termasuk cara menghilangkan bau tak sedap dari kompos. Setelah berhasil, ia pun terpikir untuk memanfaatkan sampah plastik yang berserakan di lingkungannya. Akhirnya, ia pun mengumpulkan sampah plastik tersebut dan membakarnya. Melihat plastik yang terbakar meleleh, dan menyerupai minyak, ia terpikir untuk membuat alat sederhana dari kaleng. Untuk memanfaatkan cairan dari bakaran plastik tersebut menjadi bahan bakar. "Saya tidak tahu kalau plastik ada kandungan minyaknya. Karena saya bukan orang akademisi. Setelah itu, saya coba suling, saya buat alat penyulingannya sendiri, eh ada tetesannya,” ungkapnya. Akhirnya, Faizan pun mengembangkan inovasinya untuk menghasilkan 4 jenis bahan bakar. "Setelah saya bakar tetesannya itu, akhirnya terbakar. Akhirnya saya kembangkan alat itu. Pertama masih solar saja. Setelah itu, pipanya saya tambah. Kemudian akhirnya jadi minyak tanah, terus saya tambah lagi panjang pipanya, akhirnya jadi bensin dan terakhir gas," ungkapnya. Ia menerangkan, untuk membedakan 4 jenis bahan bakar tersebut, dirinya hanya mengandalkan logika. Meski demikian, hasil kesimpulannya dalam menggolongkan jenis BBM berdasarkan rangsangan api tersebut, ternyata sesuai dengan hasil penelitian salah satu profesor Universitas Gajah Mada (UGM). "Kalau tetesannya ini saya bakar menyambar, berarti ini bensin. Kalau yang tidak menyambar, tapi agak jernih. Kalau dipakai dengan sumbuh kompor bagus, kalau yang warnanya agak kuning (bensin) sumbuhnya jadi keras. berarti yang jernih ini minyak tanah. Setelah itu, saya tes di mesin bisa dan ini sudah dapat pengujian dari profesor UGM. Ternyata memang betul jenis 4 bahan bakar yang saya golongkan itu," bebernya. Sejauh ini, Faizan tidak hanya menciptakan alat penyuling bahan bakar saja. Namun, ia juga membuat berbagai alat yang dibutuhkan manusia dalam aktivitas sehari-hari. Seperti alat pembuat sabun, alat penggiling sabut kelapa, dan alat pembuat bahan bakar padat seperti briket. Selain itu, karya Faizan memang komplit. Ia juga membuat cairan pembersi lumut, cairan pengawet kayu, dan berbagai kerajinan tangan. Termasuk pupuk serbuk dan cair, bahan bantal dari sabut kelapa, kerajinan tangan dari serbuk kayu, dan lainnya. Dengan kemampuannya itu, pemerintah Jepang pernah mengirimkan beberapa perwakilan. Untuk menimba ilmu ke Faizan. Selain itu, Faizan pernah mendapat tawaran mematenkan temuannya. Oleh salah satu brand. Namun Faizan menolaknya. Karena menurut Faizan, tujuannya menciptakan alat tersebut, hanya untuk membantu banyak orang. Dan, dapat mengajarkan generasi muda jika bangsa Indonesia juga dapat menciptakan alat kebutuhan sendiri melalui logika sederhana. "Saya sempat ditawari saat di Jakarta. Temuan penganghancur sabut kelapa dan penyuling multifungsi ini dipatenkan. Tapi menolak. Karena tujuan saya bukan itu. Saya hanya menciptakan alat untuk membantu orang sekitar," ujarnya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: