PHM Gelar Webinar Laras Bahasa Jurnalistik

PHM Gelar Webinar Laras Bahasa Jurnalistik

Balikpapan, Nomorsatukaltim.com - Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menggelar webinar Laras Bahasa Jurnalistik. Kosakata dalam kamus bahasa Indonesia terus bertambah. Meski terkesan lamban, penemuan kata baru sangat diperlukan untuk pengayaan dinamisasi perkembangan bahasa, seiring berkembangnya kehidupan masyarakat.

Kali ini PHM menghadirkan narasumber Direktur Kapitulis dan Dirut Narabahasa Ivan Lanin. menurut Ivan, bahwa penambahan kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang bisa diakses di dunia maya mengalami perkembangan yang lamban. Dalam setahun hanya dua kali update, di bulan tertentu. "Sekali update, biasanya KBBI memperbaharui sekitar seribu kata baru," ujar Ivan, saat menjadi pembicara dalam webinar forum diskusi berkala, membahas Laras Bahasa Jurnalistik, gelaran PHM via daring, Rabu (23/12/2020). Pria yang dikenal cinta bahasa itu menyebut pertumbuhan kosakata baru lamban jika dibandingkan dengan kamus asing seperti Cambride Dictionary yang sudah mencapai jutaan kata, dan selalu update dalam waktu dua pekan sekali, sampai sebulan sekali. "Kata di KBBI itu baru sekitar 100 ribu, ini harus terus berkembang," katanya. Menurut informasi yang dia terima, pemerintah menargetkan lebih dari 250 ribu kosakata, sampai tahun 2026. Ia mengaku sering dihubungi lembaga bahasa untuk membantu dalam memperbaharui kosakata baru. Kaidah bahasa yang dipakai sebenarnya sama ada tiga kaidah bahasa yang diatur dalam Undang-Undang (UU). Misalnya UU 24/2009 tentang penggunaan bahasa dalam lagu kebangsaan, Perpres 63/2019 terkait bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah tata bahasa, ejaan, peristilahan. "Ini lembaga badan bahasa yang memiliki standar," katanya. Ia sering dimintai pendapat, khususnya terkait penggunaan istilah baru dalam bahasa Inggris yang perlu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata yang baru-baru ini hadir, Great Conjunction. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan papasan dua planet besar, Saturnus dan Jupiter, yang terjadi jelang Natal 2020. Jika disamakan dengan bahasa Indonesia, dua kata tersebut berarti "hubungan yang bagus". Namun penggunaan kata tersebut perlu disesuaikan dengan fungsinya, dalam hal ini untuk menunjukkan fenomena pertemuan dua planet. "Untuk membahas hal ini kita (badan bahas, para ahli) biasanya tergabung dalam suatu grup. Kita gunakan papasan akbar. Merujuk arti dari kata Big Bang," terangnya. Ia menyebut ketertarikannya pada bahasa Indonesia sejak tahun 2006. Saat itu Ivan mengaku lebih akrab dengan bahasa program aplikasi dunia digital. Namun lambat laun ia menyadari bahasa yang ia gunakan dalam interaksi kehidupan sehari-hari masih banyak kekurangan. Sampai akhirnya bergabung dengan Google Indonesia, ketika Wikipedia baru terisi sekitar 18 ribu konten media. Kini jumlahnya terus berkembang hingga sekarang berjumlah sekitar 200 ribuan. "Saya otodidak," katanya. Melihat banyak kekurangan itulah yang mendasarinya mulai melakukan riset dan menggali pengetahuan lebih dalam terkait penggunaan bahasa nasional yang baku dan bahasa informal yang kini banyak digunakan masyarakat. "Ada banyak bahasa baru. Misalnya hamper. Ini akan mengganti istilah yang sama yakni bingkisan atau parcel. Selain itu ada kata lain nisalnya bucin, akronim dari budak cinta. Sebagian sudah masuk KBBI, sebagian lagi belum," terangnya. Menurutnya KBBI bisa memasukkan kata-kata baru yang sekarang digunakan masyarakat dalam percakapan di ruang publik maupun istilah informal baru yang banyak muncul di media sosial. "Namanya juga kamus besar," imbuhnya. Webinar yang dipandu moderator Achmad Krisna dari PHM juga membahas laras dalam penggunaan bahasa yang terbagi dalam enam kategori, yakni laras bahasa sastra, kreatif, jurnalistik, bisnis, ilmiah dan hukum. Laras bahasa itu saling terkait. Ia mencontohkan laras jurnalistik dari asal kata jurnal. Artinya dalam bahasa latin yakni catatan. "Jurnalistik biasanya singkat, padat, sederhana, lugas. Tidak semua orang paham idiom, ketika menulis untuk media massa, jangankan idiom atau metafora, singkatan saja kadang tidak bisa dipahami semua orang. Berhati-hatilah saat menggunakan akronim yang baru," urainya. Ivan juga mencontohkan perbedaan lain dari masing-masing laras bahasa. Misalnya asas menarik. Yakni pemilihan kata yang menarik minat orang lain, baik dari hasil tulisan dan lisan yang bersifat estetik. Biasanya lebih banyak digunakan dalam laras sastra dan laras kreatif. "Perlu diperhatikan kalau kita pakai laras bahasa bisnis, kita tidak menilai keindahan atau pilihan suatu kata untuk menarik minat baca, tapi dalam laras jurnalistik (saat membahas ekonomi dan bisnis) kita harus melakukan itu," imbuhnya. Agenda gelaran PHM ini diharap bisa digelar rutin, dalam rangka mengenalkan kosakata baru di kalangan jurnalis, hingga sebagai media edukasi pembelajaran bahasa. ryn/boy/sam) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: