Andalkan 4K untuk Kendalikan Inflasi

Andalkan 4K untuk Kendalikan Inflasi

TANJUNG SELOR, DISWAY - Program talkshow garapan Biro Humas dan Protokol Setprov Kaltara, Respons Kaltara, Rabu (23/12) pagi, membahas perkembangan inflasi terkini dan prospeknya ke depan.

Untuk itu, 2 narasumber dihadirkan, yakni Kasubbid Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Kemaritiman (PEKK) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda-Litbang) Kaltara, Lemansyah, serta Kabag Industri dan Jasa Biro Perekonomian Kaltara, Syamsudin Bahri. Di Kaltara, ada 2 daerah yang dihitung perkembangan inflasinya, yakni Kota Tarakan dan Tanjung Selor, Bulungan. Penetapan kedua daerah ini sebagai daerah pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK), lantaran pembangunan perekonomiannya relatif pesat dibandingkan daerah lain di Kaltara. Dikatakan Syamsudin, secara akumulatif, tingkat inflasi Kaltara terhadap nasional fluktuatif. Seperti pada 2019 (sebelum pandemik COVID-19), tingkat inflasi Kaltara YoY mencapai 1,47 persen. Sementara inflasi nasional di periode yang sama, mencapai 2,72 persen. “Berbeda dengan 2018, inflasi Kaltara mencapai 5,00 persen, atau lebih tinggi dari nasional yang hanya 3,13 persen,” ungkapnya. Untuk inflasi 2020, diperkirakan juga lebih tinggi dari target nasional, yang sekitar 3 hingga 4 persen. Untuk Kaltara sendiri, targetnya adalah 4,06 persen. “Hingga November 2020 (YoY), inflasi Kaltara mencapai 1,92 persen atau berada di atas inflasi nasional sebesar 1,59 persen. Namun masih dalam sasaran inflasi nasional,” ujarnya. Sementara itu, Lemansyah menyebutkan, dalam 5 tahun terakhir, karakteristik inflasi di Kaltara adalah inflasi meningkat. Yang disebabkan kenaikan permintaan pada momen HBKN dan liburan. Namun, inflasi relatif menurun sesudah HBKN dan liburan. “Dalam upaya pengendalian inflasi ini, TPID Kaltara berpedoman pada SK Gubernur Kaltara No 188.44/K.252/2019 tentang Peta Jalan (Road Map) Pengendalian Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2019-2021. Dimana strateginya adalah menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif atau 4K,” tuturnya. Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), pada November 2020, Kaltara (gabungan Kota Tarakan dan Tanjung Selor) terjadi inflasi sebesar 0,09 persen. Sementara itu, Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar minus 0,05 persen dan Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 0,68 persen. Inflasi di Kaltara ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada kelompok kesehatan sebesar 0,44 persen, kelompok transportasi sebesar 0,39 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,35 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,00 persen dan kelompok pendidikan sebesar 0,00 persen. Sedangkan deflasi di Kaltara, dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok rekreasi, olahraga dan budaya minus 1,34 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya minus 0,60 persen, kelompok perumahan makanan dan minuman atau restoran minus 0,07 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran minus 0,01 persen. “Kalau diperhatikan, ada perubahan faktor pengaruh inflasi pada tahun ini. Yakni adanya kelompok kesehatan yang cukup dominan. Ini dipicu oleh masih adanya pandemi,” ujar Lemansyah. HMS/REY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: