Destinasi Wisata Banyak, Dispar Kutim Ratapi Minimnya Anggaran

Destinasi Wisata Banyak, Dispar Kutim Ratapi Minimnya Anggaran

Kutim, nomorsatukaltim.com – Soal potensi wisata, Kutai Timur punya segalanya. Wisata perairan, gunung, goa, hutan, budaya. Semua ada di Kutim. Dan tak hanya sekedar ada. Tapi indahnya luar biasa. Sayangnya, pemkab belum bisa mengembangkannya secara maksimal. Potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata sepertinya belum cukup menggoda Pemkab Kutim.

Bicara wisata perairan. Kutim punya Pantai Teluk Lombok, Tanjung Prancis, Pantai Kenyamukan, Pantai Sekerat, Pulau Birah-birahan, Pulau Miang. Beuh, banyak. Belum lagi Air Terjun Langga Duae. Sebagai satu-satunya air terjun yang airnya kehijauan. Khas air laut di perairan Berau. Bertingkat pula. Letaknya di moncong Pulau Kalimantan. Indah bukan main.

Ada juga pemandian air panas alami di Desa Batu Lepoq, Kecamatan Karangan. Yang berdekatan dengan lokasi Air Terjun Dua Kembar Siapat.

Wisata flora dan fauna, ada Taman Nasional Kutai. Ada pula Hutan Wehea. Yang di sana bisa melihat orang utan secara langsung.

Wisaya budaya, ada di Miau Kongbeng. Serta Long Segar dan Long Noran. Di sana wisatawan bisa melihat kehidupan suku dayak serta atraksi budayanya sekaligus.

Wisata alam lainnya ada goa tapak tangan dan Gunung Beriun yang belakangan terkenal usai musisi Fiersa Besari mendokumentasikan perjalanannya ke puncak gunung yang ada di Karangan itu.

Dan masih banyak lagi destinasi wisata yang tak kalah menarik lainnya di Kutim. Yang sayangnya, semua potensi itu belum mendapat sentuhan dari pemkab. Ketidakmampuan pemkab mengelola seluruh destinasinya itu. Kemudian dimanfaatkan oleh warga di sekitar lokasi wisata.

Mereka secara swadaya mengelola objek wisata yang kebanyakan jenis wisata alam. Tapi sekuat-kuatnya aksi swadaya masyarakat itu. Tetap menimbulkan celah di sana-sini. Masih banyak pengelolaan destinasi yang jauh dari standar.

Plt Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kutim, Jamri mengatakan, perkara lokasi destinasi yang jauh dari pusat kabupaten dan ketersediaan anggaran masih jadi momok.

“Kebanyakan lokasi wisata yang potensial ini berada di kecamatan yang jauh. Sehingga perlu banyak pembangunan infrastruktur yang menunjang,” ucap Jamri.

Memang pengelolaan destinasi wisata yang dilakukan oleh swasta bakal berdampak bagus. Kawasan wisata bakal lebih terjaga dan terawatt. Tapi Jamri bilang, tetap saja pemerintah punya andil besar. Utamanya dalam penyediaan aksesbilitas yang bagus menuju area wisata. Dengan akses jalan yang bagus, pembangunan wisata  bisa berjalan cepat. Minat wisatawan pun jadi tinggi.

“Misalkan, mau mengembangkan lokasi wisata. Kan peralatan dan material tetap dibawa melalui akses yang sama. Butuh biaya besar jika harus dipaksakan,” bebernya.

Dispar dan bupati Kutim tentu tak hanya bisa pasrah dan mengeluhkan ketersediaan anggaran. Perlu strategi lain untuk bisa mengembangkan kepariwisataan Kutim yang luar biasa itu. Yang di Kaltim ini, atau bahkan Pulau Kalimantan. Kutim hanya kalah dari Berau saja besar potensinya. Sayang jika pariwisata tak bisa dikelola untuk kemudian menyumbang PAD yang berkelanjutan.

PR Dispar Kutim pun bukan hanya destinasi yang jauh dari pusat kabupaten saja. Lokasi wisata yang ada di sekitar Sangatta Utara juga masih perlu pembenahan. Seperti Pantai Kenyamukan, Pantai Teluk Lombok yang belum tersentuh fasilitas memadai. Padahal objek wisata ini cukup banyak dikunjungi warga.

“Ya sama, minimnya anggaran masih jadi momok bagi kami. Sejauh ini kami hanya membuat promosi wisata saja,” tandasnya. (bct/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: