Soal Merger, Grab Belum Tahu Soal Penolakan. Pengamat: Masih Kurang Apa Sih?

Soal Merger, Grab Belum Tahu Soal Penolakan. Pengamat: Masih Kurang Apa Sih?

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Dua start-up decacorn dikabarkan melakukan penggabungan atau merger operasional. Keduanya adalah Gojek dan Grab.

Isu merger ini menimbulkan kekhawatirkan bagi para mitra kerja dari kedua start-up itu. Namun untuk pesaingnya, ada yang merasa waswas diawal. Ada juga yang biasa saja. Bahkan ada pula yang merasa perlu mawas terhadap platform tempat mereka bekerja. Dari situ, Pengamat Ekonomi Bumi Mulawarman, Purwadi memberikan komentar. Disampaikan Purwadi, penggabungan itu sangat merugikan para driver. Indikator pendapatan driver pastinya berkurang. "Ini membuat kurus para driver menurut saya, masih kurang apasih Gojek-Grab yang udah segede itu," ucapnya yang dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (9/12/2020). Pelarangan double akun pasti akan terjadi ketika merger itu direalisasikan. Purwadi menegaskan, perselingkuhan dengan membuat akun di start-up lain saja, belum tentu bisa memenuhi kebutuhan ekonomi bulanan para driver. Purwadi menyampaikan, penolakan terhadap isu tersebut agar tidak terealisasi justru wajar. Janji pemerintah soal mensejahterakan rakyat justru dipertanyakan juga oleh Purwadi. "Makin gemuknya di atas saja. Dengan pendapatan sangat minim, dari Rp 6 juta sampai ke Rp 2 juta, itu menyedihkan," tegasnya. Purwadi menuturkan, menjamin kesejahteraan mitra kerja harus dilakukan tiap start-up. Pertimbangan merger Gojek-Grab mungkin tujuannya untuk lebih membesarkan perusahaan. Tetapi sekali lagi, jaminan untuk para mitra kerja perlu dilihat kembali. Ia juga menilai, tidak perlu terburu-buru untuk melakukan penggabungan. Persaingan seperti awal-awal start-up muncul seperti kembali dirindukan. Khususnya bagi pelanggan. Yang bisa memiliki banyak pilihan untuk menggunakan jasa ojek online (Ojol). "Kayaknya lebih sehat yang dulu-dulu ketimbang sekarang," sindirnya. Pihak Grab akhirnya memberikan tanggapan. Namun hanya di wilayah Samarinda. Ari, Manajemen Grab Samarinda mengatakan untuk isu merger tersebut pihak dari pusat belum memberikan arahan untuk mereka berkomentar. Kata Ari, kabar penggabungan tersebut hanya sekedar isu saja. Alias belum tentu terjadi. Walaupun kekhawatiran dari para mitra kerja sudah ada. "Untuk isu merger kita belum bisa jawab," kata Ari dihubungi melalui aplikasi pesan instan. Disinggung apakah dirinya ataupun pihak Grab mau menanggapi lebih lanjut soal penolakan terang-terangan yang dilakukan oleh Garda Kalimantan Timur (Kaltim), sekali lagi dirinya bersikeras menyatakan tidak ada tanggapan lanjutan. "Belum ada info masalah penolakan kesaya. Dan saya rasa merger itu cuman isu saja," pungkasnya mengakhiri. (nad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: