Pabrik CTM Bengalon Baru Akan Dibangun 2021

Pabrik CTM Bengalon Baru Akan Dibangun 2021

Kutim, nomorsatukaltim.com - Rencana pembangunan pabrik pengolahan batu bara menjadi methanol (Coal to Methanol/CTM) di Kecamatan Bengalon, Kutai timur masih akan  melalui jalan panjang. Usai penandatanganan persetujuan proyek oleh Gubernur Kaltim Isran Noor pada 14 Juni 2020 lalu. Hingga kini belum tampak seuprit pun bangunannya.

Diketahui, rencana itu adalah bagian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan akan melibatkan investor besar. Yakni PT Bakrie Capital Indonesia (bagian dari Grup Bakrie), PT Ithaca Resources, dan perusahaan gas asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals, Inc. Dibentuknya konsorsium ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian definitif kontrak jangka panjang.

Nantinya Bakrie Capital Indonesia dan Ithaca Resources akan memasok bahan baku utamanya, yakni batu bara. Serta berkomitmen untuk mengambil alih produksi metanol untuk dipasarkan di Indonesia.

Batu bara akkan dipasok dari tambang milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan Ithaca Resources. Selanjutnya, batu bara itu diolah oleh fasilitas produksi milik Air Products untuk diproduksikan menjadi metanol.

Angka investasi yang akan ditanam pun diperkirakan bisa mencapai USD 2 miliar. Uang sebanyak itu untuk mengolah 4-6 juta ton batu bara menjadi 1,8 juta ton metanol per tahunnya.

Proyek pabrik metanol dari batu bara merupakan upaya peningkatan kapasitas industri metanol nasional yang kebutuhannya terus meningkat. Diolah melalui proses gasifikasi, diharapkan bisa mengurangi impor metanol ke Indonesia. Bahan baku metanol sangat dibutuhkan dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida dan plywood.

Kepala  Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kutim, Syaiful Ahmad mengatakan, sejauh ini proses pembangunan pabrik masih berlangsung. Sehingga diperkirakan baru bisa beroperasi tahun 2024 mendatang. Awal pekerjaan fisik pabrik pun baru akan dimulai tahun depan.

Kendala teknis diduga menjadi sebab belum dibangunnya pabrik tersebut. Tetapi bagi Syaiful, cepat atau lambat. Ke depan, Kutim akan menerima manfaat dari proyek tersebut. Paling minimal, adalah penyerapan tenaga kerja lokal.

"Biasanya memang cepat membangun pabrik. Tapi kali ini karena tingkat pekerjaan yang sulit mungkin memakan waktu 2 atau 3 tahun," kata Syaiful.

Ia menambahkan, investasi besar dari konsorsium disebut di atas tetap bakal terwuud. Hanya saja proyek berjalan setelah pabrik pengolahan rampung dikerjakan.

"Nantinya, tak hanya batu bara Kaltim saja. Dari daerah lain juga akan diambil untuk diolah jadi metanol," bebernya.

Walau belum ada progres besar hingga akhir tahun ini. Syaiful memastikan jika proyek ini berjalan sesuai dengan jalur dan jadwalnya. Kementerian Perindustrian pun turut membantu terkait proses kerja sama yang telah disepakati. Baik perusahaan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah setuju mengenai rencana tersebut.

"Apalagi ini merupakan pabrik pengolahan batu bara yang pertama di Indonesia. Jadi memang sangat dikawal oleh pemerintah pusat," tandasnya. (bct/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: