Jalankan Strategi Kaki Lima, Bisnis Jemput Bola ala Pizza Hut

Jalankan Strategi Kaki Lima, Bisnis Jemput Bola ala Pizza Hut

Pizza Hut hingga kini masih menjalankan strategi jemput bola. Mendekati costumer dengan membuka gerai kaki lima.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Masih ingat awal-awal pandemi COVID-19. Banyak restoran menutup operasionalnya karena larangan menerima pelanggan. Namun, ada juga yang menyiasati dengan berjualan di pinggir jalan. Hal ini pun tak sungkan dilakukan gerai makanan terkenal. Seperti Pizza Hut. Strategi jemput bola masih dilakukan Pizza Hut. Gerai makanan khas Ini mengerahkan pekerjanya untuk menjajakan pizza di pinggir jalan. Seperti diterangkan Leo Budi Dharma, asisten restoran manager Pizza Hut Plaza Mulia, Samarinda. Perusahaan asal Amerika Serikat ini didirikan Dan & Frank Carney pada 1958, di Wichita, Kansas. Franchise dengan logo atap warna merah ini memiliki banyak varian menu dan rasa. Mulai dari pizza, pasta, side dishes, minuman, sampai ke salad yang menjadi makanan favorit masyarakat. Budi, panggilannya, menerangkan, strategi ini memang diterapkan di semua franchise perusahaannya. Diceritakan Leo kepada wartawan Disway Kaltim, kebijakan makan ditempat atau dine-in saat ini masih dibatasi. Kebijakan itu juga terjadi di Samarinda. Pembeli banyak yang mengonsumsi melalui channel delivery. Maupun dengan take away. Menyambut itu, menjual pizza di pinggir jalan dinilai sebagai strategi tepat. Ia menyebut cara ini dinilai cukup efektif. Untuk diteruskan sembari tetap membuka restoran dengan protokol kesehatan yang ketat. Pria yang tinggal di Jalan Sejati, Sungai Kapih ini menerangkan, sebelum pandemi, di tempatnya sudah menerapkan strategi jemput bola ini. Tetapi tidak sering dan rutin seperti sekarang. Celah-celah waktunya seperti hari ini buka, besok tutup, kemudian besok buka lagi. Bapak 3 anak ini menceritakan, sejak pandemi barulah pihaknya rutin melakukan penjualan di pinggir jalan. Dengan sistem shif antar karyawan. "Siapa yang masuk pagi, misalnya si A, dia yang jaga. Nanti sore, gantian. Semuanya (karyawan) merasakan kok bagaimana jualan di pinggir jalan," terangnya yang ditemui di Pizza Hut Plaza Mulia, Samarinda, baru-baru ini. Budi mengatakan kualitas pizza akan tetap dijaga. Terlebih kehangatannya. Penyediaan box styrofoam juga digunakan sebagai wadah menyimpan pizza terdapat di tempat penjualan pizza di pinggir jalan tersebut. Saat ini tempat penjualan pizza di pinggir Jalan Bhayangkara itu berbentuk gerobak. Dimana sebelumnya, hanya berbentuk seperti tenda biasa. Yang sifatnya portabel. "Diganti dari tenda ke bentuk gerobak biar lebih efisien lagi saat mau pemindahan atau mau tutup," ucapnya. Untuk harga pizza, kata Budi, tidak ada perubahan. Tetap sama antara outlet utama dengan gerobak di pinggiran tersebut. Kemudian untuk penyetokan pizza, dikatakan Budi lagi hanya ada beberapa paket pizza yang tersedia di dalam bokz styrofoam. Yang disusun agar muat beberapa. Jika ada customer yang ingin mengorder di luar dari paketan yang tersedia, karyawan yang berjaga di lokasi akan segera menginformasikan kepada outlet. Dan penyediaan pizza sesuai orderan akan dikerjakan karyawan di outlet. "Koordinasi antara satu dengan yang lain," celetuk Budi. Diakui Budi, tempatnya bahkan sempat menjajakan pizza menggunakan sepeda motor. Namun itu hanya dilakukan sesekali saja. Bahkan sekarang sudah tidak pernah lagi. Lantaran, kualitas pizza yang jadi kurang hangat ketika disajikan ke customer. "Lebih efisien memang yang gerobak itu. Styrofoam yang kita siapkan memang menjaga kehangatan pizza agar tidak dingin kemudian jadi keras," jelasnya. Budi menuturkan, ketika ada kebijakan tersebut dari perusahaannya. Ia dan karyawan juga menguji sendiri kualitas pizza yang disimpan di styrofoam. Dan memang benar, kualitasnya tidak berubah sama sekali untuk beberapa jam. Sekitar 5 jam lebih tepatnya. Lalu, kata Budi lagi, tak hanya styrofoam. Ada beberapa tas yang juga diberikan perusahaannya untuk menjaga pizza yang dijajakan menggunakan motor. "Kita coba, dan tetap enak. Cuma ya untuk yang gerobak itu saja, kalau yang (menjajakan menggunakan) motor sudah enggak," tandasnya. Untuk harga, dijelaskan Budi tidak ada perubahan harga. Baik yang di gerobak maupun yang di outlet. Harganya sama. Dan menu yang ditawarkan pun sama.   Diana Sovia Dewi, karyawan wanita usia 22 tahun yang kebetulan sedang berjaga di gerobak pizza Jalan Bhayangkara memberikan tanggapan. Dia menceritakan kendala di lapangan hanya ada di cuaca saja. Kalau hujan memang diakui Diana, sapaannya, membuat penjualan di pinggiran seperti ini sepi. Kalau cuaca panas, justru tidak pasti. "(Kalau) panas tergantung sih, enggak ramai-ramai amat," ujarnya. Diana menerangkan, situasi weekend juga tidak pasti. Kadang ramai. Kadang sepi. Tapi sejauh ini, Diana menjelaskan penjualan tetap berjalan lancar. Jika ada orderan banyak, Diana akan mengarahkan langsung ke outlet saja. Buku menu pun disediakan Diana. Untuk mengusir kebosanan, Diana akan melakukan promosi menggunakan sosial media Facebook pribadinya. Dan bersyukurnya Diana, pasti ada saja yang membeli dari promosinya di Facebook tersebut. Untuk penyetokan pizza dikatakan Diana kapasitas styrofoam bisa terisi 6 paket pizza. Kualitasnya hangat. Dan memang waktunya cukup lama untuk bisa menjaga kehangatan pizza. "Kadang yang lebih sering beli orang tua, pakai mobil, habis pasti pizza yang ada di sini," jelasnya. Untuk harga, Diana mengaku tetap sama. Penjelasan seperti yang diterangkan asisten restoran manager tempatnya bekerja pun dibenarkan Diana. "Sama saja (harganya), cuma kalau memang customer mau pizza yang masih panas, bakal kita arahkan ke outlet kita aja. Di sini yang order maunya yang cepet gitu," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: