Tanda-Tanda Kematian Demokrasi (2)

Tanda-Tanda Kematian Demokrasi (2)

Keempat, partai-partai pro-demokrasi bisa bertindak sistematis untuk mengisolasi ekstremis. Bukan sebaliknya memberi legitimasi. Artinya, para politikus harus menghindari tindakan yang membantu “menormalkan” atau memberi penghormatan publik kepada tokoh otoriter.

Kelima, sewaktu ekstremis bangkit sebagai kandidat serius atau kuat di pemilu, partai-partai arus utama mesti membentuk persekutuan untuk mengalahkan calon yang berlatar belakang ekstremis tersebut.

Menurut Linz, partai-partai mesti bersedia bergabung dengan lawan-lawan yang berbeda ideologi. Namun berkomitmen terhadap kelangsungan tatanan politik demokrasi. “Dalam keadaan normal, persekutuan itu hampir tak terbayangkan,” kata Levitsky dan Ziblatt.

Dalam kondisi demikian, lanjut dua profesor tersebut, pengikut tiap partai akan marah dengan apa yang tampak sebagai pengkhianatan terhadap prinsip. Namun dalam keadaan darurat, kepemimpinan partai yang berani harus mengutamakan demokrasi dan negara. Sebelum kepentingan partai. Pemimpin-pemimpin partai pun disarankan menyampaikan kepada pemilih mengenai apa yang dipertaruhkan demi keselamatan demokrasi. (qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: