Persiapan Jadi Pusat Perbelanjaan

Persiapan Jadi Pusat Perbelanjaan

TELUK BAYUR, DISWAY - Banyak yang menyebut, Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD), salah satu pasar tradisional. Dibangun ketika pasar Inpres (pasar lama) tak mampu lagi menampung ribuan pedagang. Lahannya sekira tujuh hektare dengan bangunan seluas lima hektare.

Pasar ini, dengan konsep serta daya tampung, mampu menempatkan diri sebagai pasar terbersih di Indonesia. Pasar yang dibangun ketika Kabupaten Berau masih dipimpin Makmur HAPK, bupati Berau periode 2005-2015 silam. Inilah salah satu persembahan monumental, setelah bandara maupun bangunan publik lainnya. Menyandang status sebagai pasar tradisional, dengan daya tampung dan banyaknya pengunjung, agaknya perlu ditingkatkan lagi. Munculah gagasan menjadi kawasan berbelanja itu, menjadi sebuah pusat perbelanjaan. Bukan saja yang ada dalam kawasan pasar. Ada pedagang dan toko yang berjualan disepanjang jalan menuju pasar tersebut, merupakan penunjang dan daya dorong munculnya gagasan menjadikan pusat perbelanjaan (Shooping Center). Lalu, muncullah pemilik lahan membangun rumah toko (Ruko) di sisi kiri pintu masuk kompleks pasar. Awalnya menjadi bahan keberatan para pedagang. Sebab, dikhawatirkan akan mengganggu pengunjung yang datang berbelanja. Baca Juga: Menjumpai Warga di Ujung Kampung Padahal konsepnya berbeda. Buktinya, setelah selesai, akhirnya para pedagang pasar memahami dan bisa saling berdampingan dalam berjualan. Jumlah petak ruko yang dibangun sekira dua tahun silam itu, sebanyak 57 unit. Semua sudah laku terjual. Walaupun terjual seluruhnya, belum semua pemiliknya mulai mengoperasikan. Apalagi dalam situasi COVID-19 saat ini. Dari hasil pantauan, hanya sekitar 5 atau 6 unit yang mulai melakukan aktifitas jual beli. Ada yang jualan kelontongan, jualan makanan burung dan bahan poko serta konter telepon. Sisanya bagaimana ? Selebihnya, setiap hari, pintu Ruko masih tertutup rapat.  Lahan di depannya sering dijadikan warga tempat parkir kendaraan. Banyak yang mempertanyakan, bahkan ada bahasan di internet yang seolah-olah semua unit ruko itu dimiliki pengusaha Tionghoa. Padahal, kenyataannya tidak.  57 Unit itu, menurut pengelola ruko, dibeli oleh para pedagang yang berjualan di pasar yang nota bene pengusaha lokal. Hanya ada satu dari luar Berau. Ada yang berjualan emas dan kain, serta bahan lainnya. “tidak benar isu yang beredar itu,”kata pengelola. Kemungkinan setelah COVID-19 berlalu, para pemilik ruko akan memulai memanfaatkan fasilitas tempat berjualan mereka. Nanti akan terlihat, bagaimana meriahnya kompleks pasar yang dipersiapkan sebagai pusat perbelanjaan. JUN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: