30 Tahun Membonsai, Dibyo Tuai Hasil yang Luar Biasa

30 Tahun Membonsai, Dibyo Tuai Hasil yang Luar Biasa

Puluhan tahun membonsai, disebut gila, sampai kini Dibyo menikmati hasil karya tangannya. Tak tanggung-tanggung, ia bisa membeli Kawasaki KLX dan Mitsubishi Triton dari penjualan bonsainya.

PPU, nomorsatukaltim.com - Puluhan pohon mini menghiasi halaman sebuah rumah berukuran seperempat hectare di Desa Sekurou Jaya, Kecamatan Longikis, Kabupaten Paser. Di sisi depan, samping kanan-kiri, sampai belakang rumah. Berjejer tanaman kerdil beraneka bentuk. Ada yang besar mencapai 1 meter. Ada yang tanggung. Ada pula yang super mini sekitar 20 sentimeter.

Selain ukurannya, yang membuat deretan bonsai itu adalah. Tanaman-tanaman itu didominasi batang pohon. Cabangnya sedikit, itu pun hanya di bagian atasnya saja. Daunnya, lebih sedikit lagi. Bentuknya berliuk tak beraturan. Dan anehnya, makin dipandang, makin indah di mata.

Begitulah kesan pertama jika melihat rumah milik Joko Sudibjo. Pria 48 tahun ini akrab di sapa Dibyo. Ia mencintai pohon yang dikerdilkan dalam pot dangkal itu sudah lama sekali. Melebihi lamanya usia perkawinannya.

"Wah, sudah dari bujang dulu. Baru lulus SMA. Umur 18 tahun kalau tidak salah," ucapnya mencoba mengingat-ingat.

Lebih dari setengah usianya sudah ia abdikan untuk membonsai tanaman apa saja. Ia sampai dicap gila oleh tetangga. Karena kalau sudah membonsai, kerap tak kenal waktu. Pagi bisa, malam pun jadi. Tapi yang bikin tetangga tak tahan menyebutnya gila adalah karena Dibyo suka mengajak tanamannya itu berbicara layaknya manusia. Dasar gila, eh.

Dibyo memang sangat mencintai tanaman bonsai. Tapi yang lebih ia sukai bukan produknya. Tapi bagaimana proses kreatifnya yang memakan waktu bertahun-tahun itu. Kesabaran dan keuletan itu lah yang membuatnya kecanduan bonsai.

Pria kelahiran Salatiga 27 Juli 1972 ini mengawalinya di Klaten, Jawa Tengah. Di sana diketahui memang tempat berkumpulnya para master bonsai nasional.

Antusias ia menceritakan. Satu ketika ia berkunjung ke sebuah pameran/kontes bonsai. Begitu datang, ia lantas terkesima dengan bentuk-bentuk unik pohon-pohon kerdil itu. Baik dahannya, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah keseluruhan bentuk tanaman atau pohon tadi. Kunjungan itu berakhir dengan mintanya untuk memiliki.

"Saya tidak tahu juga kenapa. Begitu lihat, pikiran jadi fresh, senang saja. Lupa dengan masalah," ucapnya.

Jadi ia mulai mencoba-coba membuat bonsai. Pohon pertama yang saya punya ialah ficus (pohon yang dikenal sebagai beringin). Semenjak itu pula ia mendalaminya. Tak jauh-jauh, ia berguru ke para senior pembonsai. Selebihnya ia berkreasi dengan mendalami ilmu dari internet.

Dari situ Dibyo lantas berusaha membuat lebih banyak bonsai. Hingga kini, ia cukup bisa dibilang expert dalam bidang perbonsaian di wilayah Penajam Paser Utara dan Paser.

"Kalau punya bonsai cuma satu itu saya tidak puas. Harus banyak," ujarnya.

Jenis pohon yang dibuat bonsai pun makin beragam. Di antaranya; pohon beringin, kimeng, kopakta elegant. Ada juga santigi, asam Jawa, loa, sianci, serut, mustam, arabica, asoka, jeruk, hokyanti, cemara udang, sancang dan masih banyak jenis lainya.

Model yang ia bisa buat juga beragam. Hampir semua bisa ia ciptakan. Mulai tegak lurus (formal), tegak berkelok-kelok (informal), miring, sarung angin/tertiup angin, menggantung, setengah menggantung, batang bergelung, sapu tegak, menonjolkan akar, berbatang banyak, berbatang dua, berbatang tiga, tunggul tegak, akar terjalin, kelompok, pohon sastrawan, bebas dan pohon tak lazim. Semua yang ia tahu diungkapkan. Semua itu juga pernah ia buat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: