Subtitusi Impor Berbasis Kelapa Sawit

Subtitusi Impor Berbasis Kelapa Sawit

SAMARINDA, nomorsatukaltim.com - Diversifikasi turunan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk hilirisasi sebagai alternatif subtitusi impor. Salah satunya, adalah produk turunan CPO, Metil Ester Sulfonat (MES).

Produk ini merupakan sejenis surfactan ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan detergen.  Apalagi, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil CPO. Dengan produksi sebesar 47 juta ton pada 2018. Dan meningkat 9 persen pada tahun 2019. Sebesar 51,8 juta ton. Demikian pula dengan Kalimantan Timur. Potensi komoditas kelapa sawit di daerah ini cukup besar. Dari data Dinas Perkebunan Kaltim. Luasan lahan perkebunan sawit di Kaltim seluas 1,2 juta hektare. Dengan rata-rata produksi Tandan Buah Segar (TBS) 18,3 juta ton dan CPO 4,04 juta per tahun. Sehingga, peluang memproduksi produk turunan CPO, masih sangat besar. Mengingat produksi turunan CPO di Indonesia, terutama MES masih terbatas. Bahkan, harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Samarinda, Cahyadi mengatakan, produksi MES dapat menjadi salah satu upaya mendukung substitusi impor. "Melimpahnya CPO, besarnya kebutuhan surfactan, dan masih minimnya produksi Metil Ester Sulfonat dalam negeri. Merupakan alasan potensial untuk meneliti dan mengembangkan Metil Ester Sulfonat," kata Cahyadi, dalam agenda Discusion and Knowledge Sharing dengan tema Upaya Mendukung Substitusi Impor Berbasis Sawit, pekan lalu. Ia pun menyebut, Baristand Samarinda terus meneliti terkait potensi produksi MES di Kaltim. Sampai saat ini, produk kelapa sawit di Kaltim baru berupa CPO dan Kernel. Ke depan ia berharap, MES dan produk turunan lainnya dapat diproduksi di Kaltim. Mengingat potensi komoditas sawit yang cukup memadai. Hal itu dilakukan dalam upaya mengembangkan industri dalam negeri. Untuk mampu menjadi substitusi produk impor. Yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang modal dan bahan baku. Serta melengkapi struktur pohon industri di tanah air. Peneliti Baristand Samarinda, Eldha Sampepana juga menjelaskan, MES merupakan bahan aktif pada beberapa produk industri. Di antaranya sebagai pengatur viskositas pada pasta sabun dan kosmetik, bahan pengganti alki bensen sulfonat pada detergen, bahan pembantu dalam industri plastik, fiber, dan karet. Serta bahan pengelantang dan pencelupan tekstil. Selain itu, MES juga memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya memiliki kestabilan oksidatif, bersifat terbarukan dan mengandung antioksidan karena berbahan nabati. Dapat menyerap dengan baik di air, memiliki kelarutan yang tinggi. Serta kaya akan Asam Meak C16 dan C18. "MES dari CPO, mempunya prospek yang sangat baik sebagai bahan baku industri. Karena mudah didapat, murah, dan ramah lingkungan," pungkasnya. (krv/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: