Nafas Baru bagi Pengusaha, Jika Suku Bunga Acuan BI Kembali Turun

Nafas Baru bagi Pengusaha, Jika Suku Bunga Acuan BI Kembali Turun

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Penurunan suku bunga acuan memiliki dampak yang positif bagi penurunan suku bunga kredit. Tak hanya itu, yield obligasi atau surat utang pemerintah juga mengalami penurunan.

Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia juga mempertimbangkan kondisi rendahnya tekanan inflasi. Terjaganya stabilitas eksternal, dan bisa menjadi support system untuk pertumbuhan ekonomi. Begitupun yang dirasakan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata. Menurut Sekretaris DPD Asosiasi Wisata (ASITA) 71 Kalimantan Timur (Kaltim) I Gusti Bagus Putra, penurunan tersebut memberikan gairah tersendiri. Untuk di sektor wisata, beberapa keuntungan bisa dirasakan. Kredit usaha untuk mobil pariwisata misalnya yang bisa mengalami penurunan. Kemudian perhotelan. Yang sebelumnya sudah mendapatkan dana hibah dari pemerintah. "Dari segi pelaku usaha, memang dana hibah tidak tersentuh, tapi dari segi investasi hotel dan perhotelan yang besar, kami melihatnya positif saja. Menggairahkan lah," ucapnya yang dihubungi melalui telepon seluler, Senin (16/11). Gairah tersebut tentu akan menimbulkan potensi. Harga-harga perhotelan serta travel, kata Putra, panggilannya, tentu akan kembali bersaing. Kemudian, menurut Putra lagi, dampak lain akan dirasakan di sektor destinasi wisata. Khususnya di Bumi Mulawarman. Objek wisata yang dirasa bisa untuk dikunjungi, pasti akan mengalami keuntungan. "Jika terjadi penurunan harga akibat penurunan suku bunga acuan, tak menutup kemungkinan wisatawan akan melirik destinasi tersebut," katanya. Dihubungi terpisah melalui telepon seluler, Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Samarinda Novel Chaniago ikut memberikan komentar. Ia mengatakan penurunan suku bunga acuan juga bisa menurunkan bunga deposito. Industri, dalam hal ini yang ia geluti adalah sektor perkayuan, akan memiliki dampak positif. Sebelumnya kredit bunga tinggi mengakibatkan gairah orang untuk membeli juga lesu. "Sektor properti juga dapat dampak positif," ucapnya. Dikatakan Novel, tujuan pemerintah dan BI untuk menjadikan momen ini sebagai stimulus sangat baik. Sektor industri akan bergerak. Walaupun dampaknya mungkin belum tentu dirasakan dalam waktu singkat. Ia berharap sektor industri kayu yang ia geluti bisa mendapatkan dampak. Biarpun secara tidak langsung. "Sektor industri ini kan tidak berdiri sendiri. Ada pembeli jasa, penyuplai material. Dengan mereka mudah menyuplai, beban kurang, harga bisa bersaing, dampak ke industri kan membaik," tegasnya. Beberapa kendala memang dialami, dan ini diakui Novel. Sekiranya dampak nyata pasti dirasakan, dan itu memang memerlukan waktu. Gairah perdagangan juga diharapkan bisa kembali. Karena ketika pandemi, diakui Novel harga masih belum naik. Masyarakat masih menahan diri untuk membeli. "Memang butuh waktu sebulan atau dua bulan. Tapi kita berharap dengan menurunnya suku bunga, ekonomi bisa terangsang," tandasnya. Seperti diketahui, suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate saat ini berada di angka 4 persen. Selama rentang satu tahun BI sudah empat kali menurunkan suku bunga. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 12-13 Oktober lalu BI menetapkan suku bunga tetap di angka 4 persen. Namun dengan kondisi saat ini, apalagi setelah resmi resesi, beberapa pengamat memprediksi BI akan kembali menurunkan suku bunga acuan pada RDG berikutnya. (nad/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: