Belum Terlambat untuk Bangkit

Belum Terlambat untuk Bangkit

Dorongan hilirisasi masih terus digaungkan. Hal ini diyakini belum terlambat.  Untuk bisa membangkitkan ekonomi Kaltim

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pandemi COVID-19 juga memberikan dampak besar pada tingginya jumlah pengangguran. Karena terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup masif. "COVID-19 ini memang seperti perang. Tapi tidak terlihat musuhnya. Sehingga, agak sulit melakukan perlawanan dan memprediksi kapan berakhirnya," jelas Profesor Eny Rochaida dalam Webinar Nasional:  Dampak COVID-19 Terhadap Perekonomian Kaltim gelaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul, Selasa (10/11). TPT Kalimantan Guru Besar Ekonomi itu menjelaskan indikator ketenagakerjaan di Kaltim. Jumlah penduduk Kaltim, dengan usia 15 tahun ke atas mencapai 2,7 juta orang. Dengan total angkatan kerja mencapai 1,8 juta orang. Sedangkan, yang terserap baru 1,6 juta orang. Sehingga ada gap penyerapan tenaga kerja. Sementara, di tengah pandemi, justru menambah kuantitas jumlah pengangguran. Bahkan Eny menyebut, dari seluruh provinsi di Kalimantan. Kaltim menempati angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi. Mencapai 6,87 persen. "Kaltim yang paling parah. Penduduknya sedikit, tapi angka penganggurannya lebih tinggi," ungkapnya. Ia pun berpesan, pemerintah dan pemangku kepentingan di Kaltim dapat mencari jalan keluar. Dari keterpurukan ekonomi saat ini. Dengan cara memaksimalkan program Pemulihan Ekonomi Daerah (PED) yang sejalan dengan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Transfer payment dari pemerintah juga tetap terus dijaga. Supaya ada multiplier effect yang dapat memperbesar daya beli masyarakat. Memasuki triwulan ketiga tahun ini perekonomian Kaltim masih mengalami kontraksi. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan III minus 4,61 persen secara tahunan. Berlawanan dengan capaian satu tahun sebelumnya, di kuartal yang sama.  Yang tumbuh sebesar 6,31 persen. Meski demikian, menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Tutuk Setya Hadi Cahyono. Kinerja ekonomi Kaltim masih cukup baik. Jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Secara kuartalan, kata dia, pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 2,39 persen. "Dibandingkan dengan triwulan II 2020.  Yang mengalami kontraksi sebesar 6,53 persen," ungkapnya di acara yang sama. Dampak pandemi COVID-19 memang menyebabkan penurunan kinerja di berbagai sektor. Terutama, di sektor utama Kaltim. Yakni pertambangan dan migas. Dua sektor itu, memberikan andil besar dalam pertumbuhan negatif. Tutuk menyebut, banyak Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terkena dampak negatif dan menahan produksinya. Beberapa operasi kilang minyak di Balikpapan, juga terhenti. Begitu pula dengan sektor usaha lainnya. Yang ikut melemah karena efek domino pandemi COVID-19. Meski begitu, menurut Tutuk, pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat. Pertama, di sektor pariwisata yang sudah mulai dibuka. Sejak tahap penerapan relaksasi new normal. Meski sementara, baru fokus pada kunjungan wisata domestik. Jika wacana pembukaan kunjungan wisatawan mancanegara benar dibuka tahun depan. Itu akan meningkatkan geliat perekonomian di sektor pariwisata. Kedua, usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM). Sektor ini, kata Tutuk, secara bertahap sudah mengalami perbaikan. Penjualan mulai membaik. Harga jual tidak tertekan, dan pasokan mulai bagus. "Survei kami untuk kegiatan dunia usaha kondisinya terus membaik," ujarnya. Ia pun memperkirakan, pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Terutama di sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. Tutuk pun kembali mengingatkan akan pentingnya hilirisasi industri. Terutama di sektor pertambangan dan crude palm oil (CPO). Agar dapat menghasilkan produk high tech yang bernilai jual tinggi. "Kita dorong terus hilirasasi. Belum terlambat. Optimisme Kaltim bisa bangkit kembali," pungkasnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: