Ekspor Batu Bara dan CPO Kerek Pertumbuhan Ekonomi Kaltim

Ekspor Batu Bara dan CPO Kerek Pertumbuhan Ekonomi Kaltim

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Ekonomi Kaltim di triwulan ketiga lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, hal ini ditopang membaiknya lapangan usaha utama. Serta kembali menggeliatnya konsumsi pemerintah maupun masyarakat.

Volume ekspor non migas tercatat mengalami perbaikan dari triwulan sebelumnya. Yang terkontraksi sebesar 16,02 persen (yoy). Menjadi 15,88 persen (yoy) di triwulan III tahun ini. Diketahui, ekonomi Kaltim saat ini terkontraksi sebesar 4,61 persen. Secara tahunan, atau year-on-year (yoy) hal tersebut lebih baik ketimbang kontraksi triwulan sebelumnya yang lebih dalam mencapai 5,46 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi itu berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat kontraksi sebesar 3.49 persen (yoy). Dikatakan Tutuk, hal tersebut disebabkan oleh membaiknya ekspor batu bara Kaltim. Serta tingginya pertumbuhan ekspor Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah. Tingginya pertumbuhan ekspor CPO juga diiringi oleh peningkatan harga. Dari 7,66 persen (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 31,71 persen (yoy) Lebih lanjut, kata Tutuk lagi, penyebab utama tingginya ekspor CPO tersebut tak lain karena pengiriman ke Tiongkok. Yang mengalami pertumbuhan dari -33,42 persen (yoy) di triwulan sebelumnya, menjadi 28,27 persen (yoy). Pangsa ekspor CPO ke Tiongkok sendiri berkontribusi mencapai 66 persen terhadap total ekspor CPO Kaltim. Adapun, pertumbuhan volume ekspor batu bara Kaltim triwulan III 2020 tercatat sedikit membaik dari minus 16,56 persen (yoy) menjadi minus 16,38 persen (yoy). Perbaikan tersebut bersumber dari volume ekspor yang mampu tumbuh positif ke India, Korea Selatan, dan wilayah ASEAN. "Di tengah masih terkontraksinya pertumbuhan ekspor ke Tiongkok," terangnya, Jumat (6/11) lalu. Di sisi lain, curah hujan triwulan III di tahun shio emas ini tercatat sebesar 1.789 mm lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1.909 mm. Curah hujan yang lebih rendah membuat pelaku usaha tambang batu bara mampu meningkatkan produksinya.   Kembali berproduksinya kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan yang sempat menghentikan produksi pada April hingga Mei kemarin membuat kinerja industri pengolahan mengalami perbaikan. Tutuk menyebut, realisasi investasi Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Kaltim triwulan III 2020 tercatat berada jauh di bawah rencana. Dan hanya mampu terealisasikan sebesar 54 persen dari target setelah pada triwulan sebelumnya mampu terealisasi lebih dari target, yakni mencapai 115%. "Hal tersebut disebabkan adanya kendala teknis engineering dan hambatan mobilitas tenaga kerja," jelasnya. Menggeliatnya kembali aktivitas masyarakat tercermin dari hasil google mobility index pada triwulan III ini. Yaitu sebesar -11,43 persen. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -16,09 persen. Berdasarkan hasil survei konsumen BI Kaltim, terlihat bahwa adanya peningkatan indeks keyakinan konsumen dari 78,83 di triwulan II 2020 menjadi 89,11 di triwulan III 2020. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kamar Dagang Industri (Kadin) Kaltim Alexander Soemarno menilai industri di Kaltim dalam kondisi stabil. Ia menyatakan, terdapat beberapa industri memang mengalami terkontraksi. Tapi tak memiliki pengaruh. “Kontraksi itu hal biasa, apalagi Kaltim banyak perusahaan yang memberdayakan SDA (Sumber Daya Alam) seperti batu bara dan migas,” katanya. Pria yang sering disapa Alex ini, juga mengakui di tengah pandemi seperti ini justru para pelaku UMKM yang daya tahannya cukup kuat. Dibandingkan dengan pelaku usaha di sektor industri. “Apalagi mereka di dorong oleh stimulus pemerintah,” ungkapnya. Ia menambahkan, investasi di Kaltim masih dalam kebijakan-kebijakan yang sulit. Ia juga menilai, kehadiran Omnibus Law dalam mempercepat perizinan investasi dirasa sebagai langkah yang baik. Menanggapi itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim melalui Kepala Subbidang, Indagkop dan Pariwisata Bappeda Kaltim Andi Arifuddin mengungkapkan, target sasaran makro ekonomi Kaltim saat ini terjadi penurunan yang signifikan. “Dari 7 target, paling krusial adalah tingkat kemiskinan, karena yang paling anjlok,” ungkapnya.   Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, jumlah penduduk miskin di Bumi Etam pada Maret kemarin sebanyak 230,26 ribu. Atau senilai 6,10 persen. Kemudian, pada September tahun lalu sebanyak 220,91 ribu. Atau 5,91 persen. Yang mana, jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah 9,35 ribu orang. Atau secara persentase naik 0,19 persen poin. Andi Arifuddin juga menyatakan bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi ekonomi Kaltim. Baginya, untuk naik posisi 1 persen saja memerlukan waktu 3 hingga 4 tahun "Bahkan sampai 1 periode RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah),” ujarnya. Oleh karena itu, beberapa strategi Pemprov Kaltim dalam memulihkan ekonomi di antaranya mendorong perdagangan dan sektor pertanian. Lalu, mengembangkan produksi industri yang sudah dimiliki seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan potensi pariwisata seperti Derawan. "Selain itu pula, memenuhi standar pelayanan minimal seperti pendidikan, kesehatan dan pemukiman serta menjaga arus investasi daerah," pungkasnya. (nad/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: