Ayah Tiri Diduga Culik dan Siksa Batita
SAMARINDA, nomorsatukaltim.com – Seorang perempuan datang ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Samarinda, Rabu (4/11/2020). Perempuan berinisial AA (35) ini didampingi Tim Reaksi Cepat (TRC) PPA Korwil Kaltim, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Lumbung Informasi Rakyat (LIRA).
Kedatangannya untuk mengadukan dugaan penculikan dan penyiksaan terhadap putranya berinisial MF, batita yang masih berusia 23 bulan. Tuduhan penculikan dan tindak kekerasan itu dialamatkan kepada suaminya, berinisial DD (40).
DD sendiri merupakan ayah tiri MF. Diduga penculikan dilakukan DD bersama dengan keluarganya. DD sendiri diketahui baru menikah dengan AA, Mei lalu. Penculikan itu, dikatakannya terjadi pada Kamis (29/10/2020) lalu. Tepatnya di rumah pengasuh MF yang berada di kawasan Lempake, Samarinda Utara. Mendapat kabar dari dua pengasuh MF, AA buru-buru kembali ke Samarinda dari tempat kerjanya di luar daerah. Upaya menghubungi DD yang membawa putranya tanpa mendapat izin darinya itu pun dilakukannya. Namun ponsel pria yang sudah memiliki hubungan renggang dengannya itu sudah tidak aktif lagi. "Saya setelahnya langsung visum, karena sebelumnya saya juga dianiaya, namun kejadiannya di Sangatta, Kutai Timur, siang harinya sebelum anak saya diculik," tutur AA. Selama dua hari, AA berupaya terus menghubungi DD. Namun tetap saja, ponsel pria yang berdomisili di Bontang itu tidak aktif. Karena sudah 2x24 jam putranya tak kunjung dipulangkan, AA berupaya mengadu ke Polsek Sungai Pinang. "Saya lalu diarahkan melapor ke sini (Polresta Samarinda). Dari Polsek Pinang itu saya tahu, ternyata sebelumnya suami saya itu sudah menceritakan yang tidak-tidak tentang saya kepada polisi. Dan itu semua salah," tegas AA. AA tak buru-buru mengadukan penculikan itu. Dia tetap berupaya agar putranya dikembalikan. Hingga di hari kelima, tepatnya pukul 01.00 Wita, Selasa (3/11/2020) lalu, DD beserta seorang perempuan berinisial AS (29), yang disebut AA sebagai selingkuhan suaminya itu datang mengembalikan putranya, MF ke rumah pengasuh di Lempake. "Waktu dikembalikan, anak saya merengek-rengek karena lapar. Di tubuhnya terlihat seperti lebam di punggung, betis, kedua pergelangan kaki, dan di muka seperti ada goresan. Itu semua lebih terlihat ketika anak saya divisum esok harinya di RSUD AW Sjahranie. Saya yakin anak saya disiksa. Bahkan berat badannya juga turun 2 kilogram dari 11 kilogram. Padahal sebelumnya anak saya itu tidak ada bekas luka apapun," ujar AA. Meski begitu, AA belum bisa memastikan siapa yang melakukan penyiksaan terhadap putranya yang masih batita itu. "Suami saya sendiri (ayah tiri MF, Red.), keluarganya, atau selingkuhannya," tutur AA. Penculikan dan dugaan penyiksaan yang dialami batita itu memang tak lepas dari apa yang dialami ibu kandungnya sebelumnya. Di mana AA sendiri, yang bekerja sebagai konsultan perkebunan kakao di Kaubun, Kutim itu juga mengalami perilaku kasar dari DD. "Saya mendapati suami saya itu sekamar dengan selingkuhannya (AS, Red.) di salah satu hotel di Sangatta. Kebetulan kamar yang dia sewa di belakang kamar saya, dan saya melihat dia keluar dari kamar hotel itu bersama selingkuhannya melalui jendela kamar saya," terang AA. Mengetahui DD berselingkuh, AA lantas mengirimkan pesan singkat ke suaminya yang tak tahu AA berada di hotel itu. Namun DD berusaha mengelak tuduhan, dengan mendatangi AA di kamarnya. "Kami cekcok, dan dia langsung pergi dengan mengunci saya di kamar hingga keesokan harinya. Kejadian saya disekap di kamar hotel itu Selasa (28/10) lalu," ujar AA. Berteriak meminta tolong diakui sudah dilakukannya. Tapi karena posisi resepsionis jauh, jadi tidak ada yang mendengar teriakan AA kala itu. "Saya kemudian kirim pesan ke suami saya minta diantar pulang ke Samarinda. Dan dia berjanji mau mengantarkan. Besoknya (29/10/2020), dia datang membukakan pintu dan mengantar saya. Tapi tidak langsung ke Samarinda, namun ke Terminal di Km 3 Sangatta untuk dinaikkan mobil travel," bebernya. Mobil angkutan umum yang dicari tidak ada. DD lantas mengantarkan AA ke Km 5 untuk mencari mobil travel sesuai petunjuk orang-orang yang ada di terminal Km 3. "Dari terminal sampai ke Km 5 itu, kami terlibat cekcok. Pas sampai di Km 5, saya tidak mau turun namun dia memaksa saya keluar dari mobil. Bahkan saya juga ditendang," ucap Anita sembari menunjukkan bekas memar di pergelangan tangan kirinya. Setelah keluar dari mobil karena dipaksa, AA kembali masuk ke mobil. Kali ini, dia masuk dan duduk di bangku tengah penumpang. DD pun keluar dari mobil, yang kemudian dimanfaatkan AA untuk menguasai mobil itu dengan mengunci seluruh pintu dari dalam. "Setelah itu saya pergi meninggalkan dia. Saya tidak peduli lagi, yang penting saya bisa menjauh dari dia. Tapi karena kondisi saya itu sedang syok, jadi saya sampai keterusan ke arah Balikpapan. Dan ketika saya beristirahat sebentar, tiba-tiba pengasuh anak saya memberitahu, kalau anak saya diambil suami dan keluarganya," ujarnya lagi. AA bertambah kesal dan tidak bisa lagi menoleransi ulah suami dan keluarganya itu. Karena saat menculik MF, suaminya mengatakan putranya yang masih batita itu akan dikembalikan, dengan catatan mobil yang dibawa AA dikembalikan. "Masak anak saya ditukar dengan mobil," geramnya. Sesampainya di Samarinda di malam yang sama, AA pun berangkat untuk melakukan visum di RSUD AW Sjahranie dan melaporkan kasus penganiayaan DD itu ke Polres Kutim. "Saya sudah lapor di sana (Polres Kutim). Dan di Samarinda ini, saya laporkan kasus penculikan dan penyiksaannya," tutup AA sembari memperlihatkan foto bukti laporan resmi di Polres Kutim tertanggal 31 Oktober 2020. Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Samarinda, Kompol Yuliansyah, melalui Kanit PPA, Iptu Teguh Wibowo mengaku belum menerima laporan dari petugas piket soal dugaan penculikan dan penyiksaan anak batita. "Nanti saya cari tahu dulu. Kebetulan hari ini (kemarin, Red) saya dinas di luar melaksanakan kegiatan penyuluhan PPA. Nanti kalau sudah ada laporannya, saya informasikan kembali," pungkasnya. (aaa/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: