Vietnam, Macan Baru di Asia Tenggara

Vietnam, Macan Baru di Asia Tenggara

Tapi Vietnam juga menghadapi banyak tantangan yang sepadan dengan kebersemiannya. Ekses spekulatif di masa lalu mendorong bubble properti. Ia meledak pada 2011, dan membebani bank dengan kredit macet. Vietnam pun lambat menyuntikkan modal-modal baru pada bank-bank itu dan tak memodernisasi cara kerjanya.

Dari keseluruhan investasi asing, hanya 36 persennya yang terintegrasi dengan industri ekspor. Sedangkan di Malaysia dan Thailand hampir 60 persen. Samsung misalnya berencana untuk investasi sebesar $ 3 miliar. Untuk memproduksi ponsel. Tapi pemasok dalam negeri memproduksinya hanya dilengkapi plastik pembungkus. Pemerintah, menurut Director of the Fulbright Economics Teaching Program di Kota Ho Chi Minh, Vi Thanh Tu Anh, seharusnya membangun rantai pasokan. Misalnya melatih perusahaan produksi tekstil. Untuk mendukung sektor pakaian jadi.

Selain optimisme, Vietnam juga harus hati-hati. Seperti Indonesia, Vietnam pun menghadapi masalah defisit fiskal yang besarnya lebih dari 6 persen dari PDB selama lima tahun berturut-turut. Pemerintah tertekan, dan pada 2015 mereka menjual lebih dari 200 saham BUMN.

Satu hal lagi. Sebelumnya memang disebut bahwa Vietnam akan sungguh-sungguh menjadi macan Asia jika pertumbuhan pendapatan per kapita Vietnam bisa mencapai 7 persen. Tapi, ia juga bisa tergelincir. Menurut The Economist, jika pertumbuhannya turun hingga 4 persen, auman republik sosialis ini tak akan jadi membahana di benua Asia. (dtk/idn/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: