Panen Perdana Porang Balikpapan

Panen Perdana Porang Balikpapan

Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan sudah mengidentifikasi tanaman porang sebagai komoditas ekspor. Tanaman ini pun mulai digalakkan untuk ditanam. Bernilai tinggi dan memiliki pasar hingga ke Jepang dan China.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Di Kaltim sendiri setidaknya sudah ada 300 hektare lahan ditanami porang. Di Pulau Jawa, tanaman ini sudah lebih dulu populer sebagai komoditas ekspor. Hal ini pun menjadi motivasi petani di Kota Minyak. Apalagi tanaman bernama latin Amorphophallus muelleri ini bisa diolah menjadi banyak produk turunan. Di antaranya untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, dan bahan pembuatan lem serta jelly. Dengan begitu banyak manfaatnya. Tak heran jika banyak negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Taiwan mengimpor tanaman ini dari Indonesia. Salah seorang petani asal Balikpapan, Encep Suwandi (29) sudah menanam Porang sejak 2019. Awal mula menanam berkat dorongan Balai Karantina Pertanian Balikpapan. Karena memiliki banyak manfaat dan nilai tinggi. Encep pun mulai mencari informasi tanaman jenis umbi-umbian tersebut. "Tadinya saya tidak mengenal porang sama sekali. Pimpinan kami selalu mengajak untuk tanam porang. Kemudian mencari literasi melalui internet. Porang untuk apa, prospek budidayanya bagaimana. Akhirnya memutuskan untuk bertani porang," ucap Encep Suwandi yang telah menetap di Balikpapan. Sebelum menanam pada November tahun lalu, ia membuka lahan terlebih dahulu. Kemudian mencari bibit porang ke Pulau Jawa. Encep membeli bibit sebanyak 100 kilogram. "Saat itu saya mulai mencari bibit ke Madiun. Dari bibit katak, umbi dan biji bunga. Untuk bibit katak saat itu Rp 130 ribu per kilogram. Sementara bibit umbi Rp 25 ribu perkilonya," jelasnya. Adapun lahan yang ditanami seluas 2 hektare. Terletak di kawasan kilometer 9. Di Jalan Transad menuju Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Proses selanjutnya setelah menyiapkan lahan, melakukan penyemaian dan penanaman. Melihat itu, dalam kurun 1 hingga 2 bulan sejumlah petani lainnya mulai tertarik untuk menanam porang. "Ternyata antusias sekali petani ingin mengembangkan porang. Saya ajak yang tertarik silaturahmi di kebun saya. Ada sekitar 40 orang, kemudian kami membentuk Komunitas Porang Borneo," kata Encep yang juga bertugas di Kantor Balai Karantina Pertanian Balikpapan sebagai petugas fungsional. Dari 40 petani yang bergabung, telah menanam porang dengan lahan yang tersebar di Kota Balikpapan. Bahkan dalam komunitas tersebut sudah beranggotakan 120 orang lebih. Yang tersebar di Kaltim. Dari kota Samarinda, Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser. Keaktifan Komunitas Porang Borneo dilirik petani di kawasan perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Dengan melihat perkembangan porang, salah seorang warga di kawasan tersebut menginformasikan adanya tanaman porang tumbuh liar. "Ternyata ada tanaman porang yang tumbuh liar di Kalimantan. Dari situ kami coba mengembangkan bibit porang asal Kalimantan. Karena harga bibit juga mahal," sebutnya saat dijumpai Selasa (20/10). Dengan kehadiran bibit Kalimantan, para petani di Kaltim juga membudidayakan bibit lokal. Pasalnya, untuk mencari bibit porang cukup sulit. Selain itu, harga per kilogramnya semakin tinggi. Dari pantauannya, tahun ini harga bibit porang katak sudah mencapai Rp 285 ribu per kilogram. Sementara bibit umbi sekitar Rp 210 ribu per kilo. "Itu bibit yang dari (Pulau, red) Jawa. Belum lagi ongkos kirimnya," ujar Encep. Akhirnya, Encep mengajak petani yang menemukan bibit Kalimantan untuk mengembangkan porang Kalimantan. "Kami selalu mengedukasi untuk mengembangkan bibitnya. Dan bisa diproduksi lebih banyak. Saat ini petani yang ada di perbatasan Kaltim-Kalsel itu bisa menjualnya ke Jawa karena belum ada pabrik di Kalimantan," tukasnya. Encep mengatakan, tanaman porang ditanam dalam dua musim. Terdiri dua kali panen bibit katak dan satu kali panen bibit umbi. Untuk satu hektare lahan menghasilkan 35 ton. Dengan berat 500-600 gram untuk satu kali musim. "Biaya untuk tanam porang cukup mahal. Untuk pengembangan satu hektare lahan dibutuhkan sekitar Rp 70 juta. Dari bibit yang dibutuhkan 100 kg, pengolahannya, tenaga, dan pupuk kandangnya," ujar Encep. Pada panen perdana Senin 19 Oktober lalu berhasil memanen 2 ton porang. Namun dari jumlah yang dipanen tersebut belum dijual. Karena pihaknya masih terus mengembangkan bibitnya. Untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman porang. Jumlah yang dipanen tersebut akan ditanam di wilayah Penajam Paser Utara. "Sehingga apabila ada pabrik pengolah porang tetap berproduksi secara continue. Untuk itu kami terus mendorong petani untuk mengembangkan porang. Karena sudah ada investor yang akan membangun pabrik porang di kilometer 23 (Jalan Soekarno Hatta Kilometer 23 Balikpapan, red)," imbuhnya. Kepala Karantina Pertanian Balikpapan Abdul Rahman mengatakan, bahwa panen perdana Senin lalu bertepatan dengan Hari Karantina Pertanian ke-143. Merupakan langkah strategis yang terus mendorong untuk mensukseskan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) komoditas pertanian. Sehingga dapat menghasilkan devisa negara dari desa atau kelurahan di Provinsi Kalimantan Timur. Sampai saat ini sudah sekitar 300 hektare lahan milik petani ditanami porang yang tersebar di berbagai desa di Kalimantan Timur "Semoga dengan kegiatan panen ini bisa memberikan energi positif kepada petani kita sehingga memberikan semangat untuk bertani di tengah pandemi COVID-19 ini," tambah Rahman. Panen perdana Porang tersebut dihadiri Kepala Dinas Pertanian Kota Balikpapan dan Kepala Dinas Pertanian Kota Samarinda serta petani dari Samarinda dan Balikpapan. (fey/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: