Periode Kelam Perekonomian Indonesia dan Global

Periode Kelam Perekonomian Indonesia dan Global

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Indonesia bisa dibilang sudah masuk ke dalam zona resesi. Karena hampir pasti terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) dalam dua kuartal berturut-turut. Secara keseluruhan di 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terkontraksi alias minus.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (SMI) menyatakan, Kementerian Keuangan memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1 persen hingga minus 2,9 persen. Sementara di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia sudah minus 5,32 persen.

“Secara overall (2020) ekonomi kita akan minus 0,6 persen sampai minus 1,7 persen,” ujar dia di Jakarta, Senin (19/10).

SMI mengatakan, pandemi COVID-19 mengakibatkan terjadi penurunan ekonomi di seluruh dunia. Aktivitas ekonomi menurun karena penutupan banyak kegiatan usaha.

“Namun di kuartal II-2020 Indonesia alami kontraksi 5,32 persen. Kita masih relatif cukup baik. Meskipun ini tidak membuat kita terlena. Kita berusaha membuat ekonomi masuk ke zona positif,” ujarnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, aktivitas ekonomi mulai menunjukkan pemulihan pada kuartal III-2020. Ia berharap momentum ini akan terus terjaga.

PREDIKSI IMF

Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar minus 1,5 persen di tahun 2020. Sekaligus merevisi laporan sebelumnya yang memprediksi terkontraksi minus 0,3 persen.

Warga Singapura berolahraga dengan tetap menggunakan masker. (AFP)

Adapun Kementerian Koordinator bidang Perekonomian juga proyeksikan ekonomi akan tumbuh minus 1,7 persen sampai 0,6 persen di tahun ini.

Dilansir dari laporan World Economic Outlook (WEO) Oktober 2020, Selasa (13/10), IMF memproyeksikan di tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,1 persen.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 diprediksi masih akan negatif meski tidak sedalam kuartal II-2020.

“Hal ini disebabkan karena konsumsi masyarakat yang mulai meningkat dengan angka yang tipis. Sebab masyarakat masih menahan konsumsi terhadap barang yang tidak primer,” kata Riza.

Meski IMF merevisi proyeksi pertumbuhan Indonesia, Riza menilai proyeksi tersebut masih berdekatan dengan proyeksi lembaga lainnya. Seperti World Bank maupun dari pemerintah.

Riza juga menilai, aktivitas ekonomi di Indonesia sebetulnya telah menunjukkan perbaikan dengan adanya protokol kesehatan. Hanya saja, tingkat konsumsi masyarakat masih tertahan.

“Konsumsi yang tertahan ini karena adanya ketidakpastian dengan peningkatan kasus COVID-19 sebulan belakangan ini. Jadi saya kira pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 juga akan tertahan,” katanya.

Riza juga proyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 berkisar di antara minus 0,53 persen dengan asumsi penyerapan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bisa mencapai 60 persen di akhir tahun.

Adapun untuk mencapai pertumbuhan positif di tahun ini juga dinilai agak sulit. Sebab, kalau prediksi pemerintah pada kuartal III-2020 di kisaran minus 2 persen tercapai, maka untuk mencapai angka pertumbuhan tahunan di kuartal IV harus tumbuh di atas 4,3 persen. “Ini agak sulit dicapai jika stimulus PEN masih belum banyak berubah pada implementasi dan realisasi penyerapan anggaran,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: