Disebut Bisa Sembuhkan COVID-19, Seledri di Pasar Kaltim Sekarang….

Disebut Bisa Sembuhkan COVID-19, Seledri di Pasar Kaltim Sekarang….

Hanya saja kata Rusmini, harga jual mahal seledri  itu tidak bertahan lama. Hanya beberapa hari saja. Bahkan saat ini seledri di Kubar kembali normal berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu saja.

“Iya ada yang bilang untuk obat penurun tensi, obat ginjal dan beberapa penyakit lainnya,” tandas Rusmini, dan mengaku penghasilannya perbulan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok bersama tiga anak dan membantu ekonomi suaminya. Hidup seledri!

Penjelajahan tentang seledri belum selesai. Kami juga mengecek pasar di Kutai Timur. Apa yang terjadi di sana?

"Belum ada juga yang borong. Biasa yang beli masih dengan jumlah yang wajar saja," kata Nunik. Pedagang sayur Pasar Induk Sangatta (PIS).

Tidak ada pembelian besar-besaran. Tidak ada peningkatan harga. Tidak terjadi juga kelangkaan perihal keberadaannya. Saking melimpahnya, pedagang tak perlu bergantung pengepul yang membawa seledri dari luar. Karena mereka bisa mendapatkannya langsung di petani lokal.

"Saya ambil dari petani Rp 20 ribu lima ikat. Saya jual Rp 6 ribu seikatnya," ucapnya.

Perempuan berhijab ini melanjutkan, untuk urusan stok, Seledri juga tidak ada masalah dan selalu tersedia. Bahkan selalu ada tiap hari dan jumlah yang diperlukan pedagang selalu bisa dipenuhi. "Jadi untuk Seledri tidak ada yang berubah. Aman aja semuanya," tuturnya.

covid-19
Di Pasar Induk Sangatta, seledri masih melimpah. (Hafidz/ Nomor Satu Kaltim)

Pedagang lainnya, Nur Hidayah juga mengungkapkan hal senada. Bahkan harga Seledri yang didapat dari petani tergolong lebih murah. Ia mendapatkan harga Seledri senilai Rp 15 ribu untuk 5 ikat, dan dijual kepada pelanggan senilai Rp 4 ribu.

"Untuk stok juga tidak ada masalah. Setiap hari kami minta selalu ada saja," ujar Nur.

Dari cerita pedagang sayur di pasar trandisional dari 4 daerah di Kaltim. Bisa dipastikan jika warga Kaltim sudah cukup cerdas untuk menyaring informasi. Tidak terjadi latah yang tak terarah. Cukuplah sudah kasus jahe dan telur rebus untuk jadi pelajaran. (ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: