Bisnis Rumahan yang Tetap Laris selama Pandemi

Bisnis Rumahan yang Tetap Laris selama Pandemi

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Banyak bisnis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terdampak selama pandemi COVID-19. Mereka kehilangan pasar. Karena merosotnya perekonomian akibat pandemi, menurunkan daya beli masyarakat.

Namun sebaliknya, ada beberapa bisnis yang justru meraup untung. Di antaranya seperti produk pertanian, e-commerce, telekomunikasi, farmasi, makanan, dan produk kesehatan. Bisnis-bisnis di bidang tersebut, mampu bertahan. Bahkan semakin berkembang.

Hal itu dirasakan Noor Fitriana Sahid. Owner Ndiss Homemade. Upit- sapaan akrabnya, memiliki bisnis roti rumahan sejak 2015. Selama pandemi, ketika UMKM sejenis mengalami penurunan usaha. Ia justru mengaku sebaliknya. Bisnisnya semakin ramai diburu pembeli. "Alhamdulillah tidak terdampak. Malah ada peningkatan produksi. Bikin apa saja pasti habis," ungkapnya kepada Nomor Satu Kaltim, Kamis (1/9).

Menurutnya, karena selama masa social distancing. Masyarakat membutuhkan cemilan untuk menemani aktivitas mereka. Terlebih, selama pandemi. Kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi produk rumahan meningkat. Karena dianggap lebih sehat dan terjamin.

Baca Juga: Komunikasi Pemasaran Bagi UMKM di Masa Pandemi

Menu utama yang dijual Ndiss Homemade adalah roti sisir dan roti kasur. Namun, Upit juga sering menyajikan menu yang sedang tren saat ini sebagai menu sampingan. Seperti korean garlic cheese bread, choco cheezy cake, dan cinnamon roll.

Satu porsi roti sisir dibanderol dengan harga Rp 50 ribu. Sementara roti kasur Rp 60 ribu. Memang lebih mahal dibanding roti biasa. Hal itu, karena Upit menggunakan bahan premium. Yang membuat produk rotinya lebih lezat dan kenyal. "Karena kita menjaga mutu dan kualitas. Tidak apa-apa lebih mahal, tapi kualitasnya lebih baik. Pembeli kan bisa memilih juga," pungkasnya.

Per hari, Upit bisa menjual 20 porsi roti sisir. Dan menghabiskan 10 kilo gram tepung terigu per hari. Upit mengakui, bisnisnya ini hanya lah usaha sampingan. Namun, dari bisnis ini ia mampu meraup omzet bersih hingga Rp 20 juta per bulan. Lebih tinggi dari gajinya sebagai PNS.

Ibu dua anak ini pun mengaku, awalnya memulai bisnis hanya iseng. Untuk membuatkan kue bagi anaknya. Kemudian, ketika muncul niat berbisnis, Upit pun mulai kursus memasak. Dan pelan-pelan memulai bisnisnya dengan menjual roti rumahan. "Perkembangannya, semakin baik. Pasar juga makin bagus. Jadi mulai diseriusin," tuturnya.

Saat ini, Upit dibantu dua karyawan dalam menjalankan bisnisnya. Ia memiliki outlet kecil di rumahnya untuk menjual produknya. Selama ini, Upit hanya memasarkan produknya secara online.

Ia enggan mendaftarkan produknya di aplikasi driver online. Karena berat jika harus menaikkan harga produk yang dibebankan ke konsumen. "Kasian pelanggan yang sudah bertahun- tahun belanja ke saya. Jadi sementara, ya mandiri aja dulu," tuturnya.

Ia pun berencana untuk mengembangkan bisnisnya ke depan. Namun, masih terkendala oleh kesibukannya sebagai PNS. Sehingga ia harus membagi waktu. Antara pekerjaan dan bisnis.

Upit juga berbagi tips kepada sesama UMKM agar bisnis tetap bertahan selama pandemi. Pertama, kata dia, jaga kualitas.  Karena pembeli tidak akan berpaling selama kualitas produk tetap terjaga.

Kedua, ciptakan inovasi yang kreatif. Mengikuti perkembangan zaman. Atau tren yang sedang diminati. Dan ketiga, di bidang bisnis kuliner, tips utama tentu rasa. Meski relatif, namun rasa yang tepat akan menemukan penikmatnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: