RI Dipastikan Masuk Jurang Resesi

RI Dipastikan Masuk Jurang Resesi

GELOMBANG PHK

Menurut para ekonom, kondisi resesi akan berdampak pada pelemahan daya beli hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). “Pastinya daya beli akan tambah melemah,” kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto, Selasa (22/9).

Dia juga menilai dampak dari resesi ini akan membuat PHK yang sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19 terus berlanjut. Pegawai yang saat ini statusnya dirumahkan dan kena pemotongan gaji pun bisa bernasib lebih buruk. “Ya dugaan saya, PHK akan terus berlanjut,” sebutnya.

Dihubungi terpisah, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet juga menyatakan daya beli akan melemah.

“Karena belum pulihnya daya beli itu disebabkan oleh misalnya masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan. Kemudian memang bantuan yang disalurkan pemerintah juga memang belum cukup. Untuk misalnya mendorong daya beli ke level sebelum adanya pandemi. Nah, kalau menurut saya memang kita lihat dampak yang paling terasa tentu melemahnya daya beli,” jelasnya.

“Dampak lain ialah potensi semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Karena kalau kita melihatkan di beberapa survei BPS, khususnya beberapa hari ini disebutkan bahwa banyak sektor yang kemudian melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya,” tambah Yusuf.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, resesi ekonomi juga dapat diartikan sebagai tekanan dalam ekonomi. Baik pada sektor keuangan maupun sektor riil. Munculnya resesi ekonomi, biasanya ditandai dengan sejumlah hal. Misalnya gelombang PHK akan berlanjut dan semakin merata di hampir semua sektor pekerjaan.

“Mau perdagangan, transportasi, properti, sampai ke industri akan melakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional,” kata Bhima, Rabu (23/9).

Hingga akhir tahun ini, Bhima meramalkan, akan ada 15 juta pekerja yang terkena imbas sehingga harus di-PHK oleh perusahaannya. Termasuk di antaranya startup yang namanya belakangan sedang melambung. Juga akan berguguran. Tak hanya itu, daya beli masyarakat pun akan menurun karena kehilangan pendapatan.

“Dan itu berpengaruh ke naiknya orang miskin baru. Pastinya, angka kriminalitas juga meningkat,” lanjut Bhima.

Melansir Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Selama resesi, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

SOLUSINYA VAKSIN

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan mengungkapkan, pemerintah harus memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa ekonomi nasional akan kembali pulih. Meskipun resesi sudah ada di depan mata. Menurutnya, pemerintah harus bisa menceritakan keadaan apa adanya. Sehingga tidak membuat masyarakat takut dan diberi harapan palsu. Hal itu disampaikannya lewat tulisan berjudul “Resesi” yang diunggah melalui website disway.id.

“Yang terbaik adalah menceritakan keadaan apa adanya. Jangan membuat orang takut. Tapi juga jangan membuat PHP baru,” kata Dahlan, Kamis lalu.

Dahlan menjelaskan, ada banyak tantangan yang harus dihadapi jika ingin kembali menggerakkan ekonomi. Pada akhirnya harapan yang bisa diberikan ke masyarakat oleh pemerintah di tengah potensi resesi ekonomi hanya vaksin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: