Nyawa Rakyat Dikorbankan demi Pilkada

Nyawa Rakyat Dikorbankan demi Pilkada

Prosesi penguburan korban COVID-19 di DKI Jakarta. (LIPUTAN6)

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengaku sudah meminta agar tahapan Pilkada 2020 ditunda.

Ia mengingatkan, jangan sampai pemerintah dan DPR salah langkah dan perhitungan dengan tetap melanjutkan tahapan pilkada.

“Bahasa kita agak keras memang, ‘Pilkada masih bisa ditunda, pemulihan ekonomi masih bisa ditunda, nyawa tidak bisa ditunda kepergiaannya,’” kata Pangi dalam keterangan tertulis, Senin (21/9).

Pangi mengatakan, sektor ekonomi masih bisa dipulihkan pemerintah. Namun, ratusan dokter yang meninggal dunia karena COVID-19 tak akan bisa kembali.

Menurut dia, Indonesia semakin gagap dalam melindungi rakyat dari ganasnya COVID-19. Sehingga wajar WHO marah melihat negara-negara yang cenderung memulihkan ekonomi ketimbang kesehatan rakyat.

“Untuk apa pemulihan ekonomi, untuk apa demokrasi, kalau rakyat menjadi tumbal? Karena klaster pilkada yang makin mengkhawatirkan. Ini namanya mati celaka,” ujar dia.

Pangi menyinggung sikap Presiden Jokowi, KPU, partai politik yang kompak menginginkan pilkada tetap dilanjutkan di tengah pandemi COVID-19.

Ia membandingkan sikap Pemerintah Indonesia dengan Selandia Baru. Adapun Pemerintah Selandia Baru menunda agenda politik di tingkat pemilihan presiden (pilpres). Karena pandemi COVID-19.

Di sisi lain, Pangi juga mengaku heran dengan sikap pemerintah yang bisa menunda pelaksanaan pilkades. Tetapi sulit untuk menunda Pilkada 2020.

“Kalau alasan pilkada dipaksakan hanya karena kalkulasi hitung-hitung pertumbuhan ekonomi, pilkada bisa meningkat daya beli, terjadi sirkulasi jumlah uang ke tengah masyarakat, belanja pembuatan spanduk, baliho, alat peraga, dan lain-lain, menurut saya ini jelas alasan yang kurang tepat,” ucap dia.

Tak hanya itu, Pangi menilai, para elite terlihat khawatir jika pilkada ditunda. Masa jabatan kepala daerah akan berakhir pada Februari 2021. Sehingga ada 240 daerah kemungkinan dipimpin oleh pelaksana tugas (plt) kepala daerah.

Sementara itu, menurut Pangi, plt kepala daerah justru menguntungkan Kemendagri dan seorang plt tak bisa mengambil kebijakan strategis.

“Padahal, solusinya banyak. Sementara dipilih DPRD. Bisa juga gubernur ditunjuk presiden sebagai perpanjangan pemerintah daerah. Mungkin saja sementara plt bupati/wali kota ditunjuk gubernur. Masih banyak pola-pola lainnya. Asal punya itikad baik,” tuturnya.

Pangi mengatakan, sudah banyak institusi yang meminta pemerintah, DPR, dan KPU menunda pelaksanaan Pilkada 2020. Untuk memprioritaskan kesehatan masyarakat di tengah pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: