Pendidikan Ubah Pola Pikir

Pendidikan Ubah Pola Pikir

GUBERNUR Kaltara Irianto Lambrie bersama pelajar berprestasi pada Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan di Hotel Luminor, Senin (21/9).(HUMAS PEMPROV KALTARA)

TANJUNG SELOR, DISWAY – Pendidikan, menurut Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, seharusnya menghasilkan perubahan pola pikir atau mindset. Namun untuk mencapainya, diakuinya butuh waktu dan guru pun harus sabar.

“Mengubah mindset itu, kadang memerlukan waktu satu generasi. Minimal 50 tahun," ujar Irianto pada Rembuk Pendidikan dan Kebudayaan yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Utara di Hotel Luminor Tanjung Selor, Senin (21/9).

Dikatakan, di negara-negara maju, penduduknya pun sudah berpikiran maju. Dengan menerapkan apa yang dipelajari, apa yang didengar. “Ada yang berpendapat, pendidikan di negara kita ini ketinggalan 128 tahun. Meskipun kita merasakan pendidikan kita ini sudah maju. Karena memang kita tidak pernah membandingkan dengan negara lain. Dengan Malaysia, contohnya. Apalagi Eropa, kita masih ketinggalan,” ujarnya.

Menurutnya, yang menyebabkan kualitas guru ada yang rendah, baik, dan tinggi, adalah kesejahteraan. Karena itu, dirinya pun mengambil kebijakan dengan memberikan insentif kepada guru.

“Atas kebijakan saya sebagai gubernur, kita berikan insentif sebesar Rp 500 ribu,” sebutnya.

Karena ia beranggapan bahwa guru mengabdi tak kenal waktu untuk mendidik generasi yang berdaya saing. “Apalagi di masa pandemik COVID-19 seperti ini. Karena itu, terima kasih saya ucapkan atas kerja kerasnya yang tidak kenal lelah, tidak pernah mengeluh, dan terus berdedikasi untuk Kaltara,” ujar Irianto.

Soal insentif dan bantuan keuangan kepada guru PAUD sampai SMA/SMK, Irianto menegaskan, merupakan kebijakan, bukan kewajiban. Karena dirinya menyadari bahwa sebagai kepala daerah, memang sepatutnya memperhatikan nasib guru.

Pemberian insentif, lanjutnya, berawal saat berkeliling Kaltara. Pada 2014 lalu, di Seimanggaris, dirinya mendapati sekolah baru jenjang SMP. “Walau gedung baru, jumlah gurunya malah memprihatinkan, baru 1 orang. Itu pun guru tidak tetap, atau honorer,” kenangnya.

“Waktu itu, tidak ada insentif. Hanya terima honor Rp 150 ribu. Tinggalnya pun menumpang di rumah warga. Momentum itulah yang menginspirasi saya harus memberi insentif. Mulai 2014 sebesar Rp 400 ribu. Lalu pada 2015 sampai sekarang sebesar Rp 500 ribu. Sejak itu, juga saya perluas untuk memberi ke guru TK/PAUD, SD, dan SMP. Kalau Rp 500 ribu per bulan dibelikan beras, itu lumayan sangat membantu,” tambah Irianto.

Untuk diketahui, pada kegiatan rembuk tersebut, Irianto juga secara simbolis menyerahkan beasiswa ‘Kaltara Cerdas’ siswa berprestasi dan kurang mampu tingkat SMA/SMK, dan SLB.

Selain itu, juga diserahkan bantuan alat tulis untuk siswa SLB, SMA, SMK program Indonesia Pintar. Termasuk Bantuan Operasional Pendidikan jenjang SMA/SMK dan SLB untuk SMK Negeri 2 Tarakan sebesar Rp 458.850.000, Bantuan Operasional Pendidikan Sekolah Swasta untuk SMA Muhammadiyah Tarakan Rp 233.800.000, bantuan insentif guru tidak tetap untuk guru SMA Negeri 1 Tanjung Selor Rp 6.000.000 per tahun, bantuan insentif guru tetap yayasan atas nama Asri Pare Sapan yang mengajar di SMA Agape Tanjung Selor, bantuan insentif guru PAUD kepada Nurlaila Handayani, bantuan insentif guru TK kepada Andik Erna Supianti, bantuan insentif guru SMP kepada Oni Satriansyah.

Irianto juga memberikan hadiah kepada dua seniman lukis lokal berupa perjalanan ibadah. Di sela-sela kegiatan pun, Irianto menyerahkan Satyalencana 30 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun kepada 6 ASN Pemprov Kaltara. HMS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: