Segera Berlayar ke Maladewa, Kapal Buatan Perusahaan Galangan Kaltim

Segera Berlayar ke Maladewa, Kapal Buatan Perusahaan Galangan Kaltim

Di tengah lesunya industri kapal Kaltim, sejarah baru segera tercatat. Kapal wisata pertama diproduksi di Asia Tenggara segera berlayar dari Anggana, Kukar. Melayani wisatawan dunia di Republik Maladewa.

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Sudah sejak Juli 2019 lalu PT Allvina Prima menggarap proyek prestisius. Dikatakan seperti itu karena menjadi yang pertama buatan di luar Eropa. Sebuah kapal wisata standar internasional dirakit putra daerah. Khususnya dari Kecamatan Anggana, Kabupaten Kukar, Kaltim.

Pandemi COVID-19 yang mewabah di Kaltim Maret lalu memberi dampak. Memperparah industri yang lebih dulu tertatih. Seret modal. Pesanan minim. Namun, kualitas kapal galangan Bumi Etam sudah diakui. Hal itu menjadi nilai lebih. Membuat negara kepulauan itu melirik Kaltim.

Maladewa sendiri merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan utama para wisatawan. Wisatanya masyhur di dunia. Terdapat 15 destinasi wisata, yang tentunya juga memanjakan mata.

PT Allvina Prima mendapatkan kehormatan merakit kapal penumpang jenis Small Waterplane Area Twin Hull (SWATH). Kapal bernama SWATH Robin ini dikerjakan sekitar 100 orang tenaga lokal. Berkapasitas 100 orang penumpang. Dengan dimensi panjang 43 meter, lebar 14 meter. Pengerjaan memasuki progress 85 persen. Sudah hampir rampung.

Syachrani Saleh, engineer PT Allvina Prima menjelaskan kapal ini didukung mesin berkapasitas 600×2 HP, 3 unit mesin genset 80 KVA. Dengan model twin hull, kapal ini secara teknis didesain stabil terhadap hambatan gelombang.

Dan dapat melaju hingga kecepatan 15 knots/jam tanpa penumpang. Atau 12 knots/jam jika berpenumpang. "Pengerjaan sudah 85 persen. Bahan baku semua asal dari dalam negeri. Saat pengerjaan sudah selesai, kelengkapan seperti interior dan navigasi akan dilengkapi," ucap Syachrani Saleh saat ditemui di kantornya, Anggana, Kutai Kartanegara, Kamis (17/9) kemarin.

Memang desain utama kapal adalah ide dari pihak pariwisata di Maladewa. Tetapi untuk perakitan, seluruhnya berasal dari tenaga lokal, atau putra daerah Kaltim.

"Untuk kapal pariwisata yang saat ini tengah dibuat, pengerjaannya dimulai sejak Juli tahun lalu. Seharusnya selesai di tahun ini. Tetapi terhambat karena corona," jelasnya.

Ketertarikan Maladewa lantaran kualitas sesuai standar yang telah ditetapkan. Proses pengerjaan detail meski dilakukan secara manual.

Tak hanya itu, ketertarikan lainnya ada pada harga kapal. Biaya pembuatan kapal ini hanya sekitar Rp. 17 miliar lebih. Padahal, harga beli kapal ini di Maladewa bisa sekira 5 hingga 7 juta dolar Amerika. Atau setara Rp 60-80 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: