Bekantan PPU Harus Diselamatkan

Bekantan PPU Harus Diselamatkan

Ilustrasi: populasi bekantan makin menyusut di habitatnya, di Sungai Tunan, PPU. (IN)

PPU, nomorsatukaltim.com – Rusa bukan satu-satunya fauna yang eksis di Penajam Paser Utara (PPU). Tapi juga primata Bekantan.

Ya, hewan berhidung panjang ini banyak berhabitat di daerah berjuluk Benuo Taka ini. Khususnya di wilayah pesisir.

Seperti di area Sungai Tunan. Sungai ini melintasi dua kecamatan. Waru dan Penajam. Dulunya hidup ribuan populasi di sana. Namun karena kurangnya perhatian, jumlahnya kian berkurang.

"Kini tinggal ratusan ekor saja," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Waru Tua, Abdullah Rahman, Sabtu (12/10/2020).

Semakin susutnya jumlah itu diduga karena adanya kerusakan hutan. Tempat habitat aslinya.

Di riparian Sungai Tunan juga banyak vegetasi lokal. Tempat sumber makanan bekantan. Seperti tumbuhan rambai sungai, buah ara, dan berbagai biji-bijian dari pohon mangrove.

Karena kerusakan hutan tadi, sejumlah vegetasi lokal itu ikut berkurang pula.

Utamanya disebabkan alih fungsi lahan. Baik sebagai lahan pertanian maupun untuk permukiman. Pohon-pohon mangrove tersebut dibabat.

"Untuk itu, kawasan tersebut harus dilakukan konservasi," tegasnya.

Belum lagi, di kawasan itu tak hanya ada satu primata itu saja. Tapi juga monyet ekor panjang. Di kawasan hilir sungainya juga ada lumba-lumba, hiu tutul, blue plankton serta berbagai kekayaan flora-fauna lainnya.

Dukungan ini juga datang dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) PPU. Potensi-potensi kepariwisataan di daerah ini perlu diangkat. Agar menjadi perhatian dan kepedulian bersama.

"Dengan menjaga lingkungan, banyak keuntungan yang bisa dihasilkan sebuah daerah," kata Ketua HPI PPU, Agung Khisbullah.

Selama ini menurut pengamatannya, masyarakat sudah sangat terbiasa melihat fauna ini. Padahal banyak wisatawan yang ingin melihat di habitat aslinya. Tak di sembarang tempat bekantan bisa ditemui.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: