Catatan Kemerdekaan: Petani Karet di Kubar Belum Merdeka

Catatan Kemerdekaan: Petani Karet di Kubar Belum Merdeka

Wartawan Disway Kaltim area Kubar, Imran Yusran (kanan).

Oleh: Imran Yusran

SAYA dilahirkan dan dibesarkan di Kabupaten Kutai Barat (Kubar), sejak 40 tahun silam. Kubar yang berada di pehuluan Sungai Mahakam. Kala itu, jika orang dari luar (Samarinda dan Tenggarong)  hendak ke Kubar, maka hanya bisa menggunakan transportasi Sungai Mahakam, yakni kapal motor, perahu, dan speedboad.

Seiring waktu, terjadilah pemekaran daerah otonomi baru (DOB). Kubar berdiri sendiri. Berpisah dari kabupaten induknya, Kabupaten Kutai. Yang kini menjadi Kutai Kartanegara.

Tak terasa usia Kabupaten Kutai Barat (Kubar) saat ini sudah 21 tahun. Kabupaten yang terdiri 16 kecamatan mencakup 190 kampung dan 4 kelurahan itu, kini berpenduduk mencapai 170 ribu jiwa.

Potensi pertanian, utamanya komoditi karet menjadi andalan wilayah itu sejak sebelum menjadi DOB. Mencapai 80 persen masyarakat berpenghasilan dari menyadap getah karet. Namun apa yang membuat resah menyadap karet?.

Mereka belum merdeka!

Menelisik kondisi ekonomi petani karet di 16 kecamatan se-Kubar hingga saat ini,  semakin parah. Penyebab utamanya, karena harga getah karet dibeli oleh tengkulak sangat murah. Tak berbanding dengan harga beras yang saat ini merata Rp 15 ribu per kilogram (kg) di Kubar.  Sedangkan harga getah karet tertinggi per kg hanya berkisar Rp 4.500.

Memang kalau dilihat harga getah karet ‘bermain’ di pasar dunia. Padahal, sebelum pemekaran, saat Kubar masih bergabung dengan Kabupaten Kutai, harga getah karet diwilayah Kubar terbilang lumayan tinggi.

Beberapa tahun setelah pemekaran Kubar atau berpisah dari induknya Kabupaten Kutai,  sempat harga getah karet di Kubar melonjak mencapai Rp 15 ribu per kg, yakni  pada era 2014 hingga 2016.

Seiring berjalannya waktu, sejak 2017 hingga saat ini, harga getah karet anjlok. Membuat kesengsaraan bagi petani karet di Kubar. Karena tak pernah lagi harga getah karet melonjak.

Menelisik pembangunan di bidang pertanian yang dilakukan Pemerintah Kubar sejak era bupati pertama Kubar Rama Alexander Asia, Kemudian Bupati Kubar dua periode Ismael Thomas, hingga kini Bupati Kubar FX Yapan, progres pembangunan bidang pertanian di Kubar sangat gencar.

Bahkan kini ada program peremajaan kebun karet rakyat dilaksanakan oleh Bupati FX Yapan bagi petani karet.  Tetapi, sepertinya, hal itu tak bisa mendongkrak secepatnya  perekonomian petani karet. Karena harga getah karet menjadi sangat penting membuat kehidupan petani karet merdeka sepenuhnya.

Petani karet di 16 kecamatan se-Kubar  mengeluh dengan kondisi harga getah karet yang sejak 5 tahun terakhir, tak sebanding dengan harga beras. Penyebab merosotnya harga getah karet yang nyaris tak berharga itu, membuat petani menjerit dan bertanya, siapakah yang harus bertanggungjawab?. Pemerintah, pedagang atau tengkulak, DPRD, atau pemerintah pusat?.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: