Perjalanan Berat Jamaah Haji Kaltim, Farida Mengaku Jalan 'Samarinda-Tenggarong' Setiap Hari
Jamaah haji asal Samarinda, Farida mengakui beratnya tantangan fisik selama menjalani prosesi haji.-(Disway Kaltim/ Salsa)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Rombongan Kloter 2 jamaah haji asal Kota Samarinda tiba di Embarkasi Haji Balikpapan pada Rabu siang (18/6/2025), setelah menjalani rangkaian ibadah haji selama lebih dari 40 hari di Tanah Suci.
Salah satu jamaah, Farida (63), yang berhaji bersama suami dan 2 anaknya, mengaku bersyukur dapat kembali ke tanah air dalam keadaan sehat.
Ia menceritakan bagaimana tahun ini menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh jamaah dari berbagai negara, karena ketatnya regulasi pemerintah Arab Saudi terkait akses ibadah di Mekah.
"Sekarang kalau mau masuk Mekah untuk berhaji, harus punya tasreh atau identitas resmi seperti kartu Nusuk. Itu syarat mutlak. Kalau tidak punya, langsung dikeluarkan dari kota dan dipulangkan ke Jeddah," kata Farida saat ditemui langsung.
BACA JUGA: 6 Jamaah Haji Embarkasi Balikpapan Wafat, 3 Masih Dirawat, Berikut ini Daftarnya!
Ia mengatakan, bahkan bagi orang yang sudah lama tinggal di Arab Saudi, jika tidak memiliki izin berhaji, tidak bisa masuk wilayah Mekah.
Meski demikian, bagi jamaah haji asal Indonesia, proses pemeriksaan berlangsung lebih ringan karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan jamaah yang tertib dan disiplin.
"Biasanya cukup uji petik saja. Kita tunjukkan kartu tasreh atau Nusuk, lalu di-scan. Kalau sudah terbaca sebagai calon haji dari Indonesia, langsung satu bus bisa masuk ke Masjidil Haram atau ke wilayah Madinah," jelasnya.
Selama di Madinah, Farida mengungkapkan bahwa lokasi akomodasi jamaah haji dari Kalimantan Timur cukup dekat dengan Masjid Nabawi.
BACA JUGA: Kedatangan Jamaah Haji Samarinda di Debarkasi Balikpapan Disambut Haru
"Jarak dari hotel ke masjid hanya sekitar 300 meter. Jadi bisa jalan kaki ke pelataran Masjid Nabawi, tidak perlu naik kendaraan," tuturnya.
Pelaksanaan ibadah haji tetap menjadi tantangan fisik.
Farida menyebut bahwa sebagian besar aktivitas dilakukan dengan berjalan kaki karena kemacetan lalu lintas yang tinggi di kota suci selama musim haji.
Kondisi itu membuat sebagian jamaah, khususnya yang lebih muda, memilih berjalan kaki untuk menuju lokasi ibadah seperti dari Muzdalifah ke Mina.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
