Bankaltimtara

Meski Ada Hujan, Kalimantan Timur Dihadapkan pada Risiko Karhutla dan Krisis Air

Meski Ada Hujan, Kalimantan Timur Dihadapkan pada Risiko Karhutla dan Krisis Air

Data Terbaru BMKG: Hotspot dan Potensi Karhutla Kaltim 31 Juli-5 Agustus 2025, BMKG Balikpapan merilis peta sebaran titik panas serta indeks potensi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur untuk 6 hari ke depan/BMKG Balikpapan.-Salsabila-nomorsatukaltim.disway.id

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Kota Balikpapan sempat diguyur hujan ringan pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Hujan yang turun sekitar pukul 10.00 Wita membasahi sebagian wilayah 'Kota Beriman'. 

Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan secara umum Kalimantan Timur tengah memasuki puncak musim kemarau.

Dalam pernyataan terbaru, BMKG menyebut Badan Meteorologi, puncak kekeringan terjadi pada Agustus dan akan berlangsung hingga September mendatang.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menjelaskan bahwa wilayah Kalimantan Timur saat ini berada dalam kondisi kemarau basah, yakni musim kering yang masih disertai hujan ringan dalam jumlah terbatas.

Meskipun hujan masih terjadi di beberapa hari, penurunan curah hujan sejak pertengahan Juli terpantau cukup signifikan.

BACA JUGA: BMKG Deteksi 77 Titik Panas di Berau, Waspada Potensi Karhutla! 

"Banyak yang mengira belum masuk kemarau karena masih turun hujan. Padahal tren penurunan curah hujan jelas terlihat, terutama di wilayah pesisir dan dataran rendah," ungkap Kukuh saat dikonfirmasi, pada Kamis (31/7/2025).

BMKG mencatat rata-rata curah hujan bulanan selama Agustus hingga September diperkirakan hanya mencapai 100 milimeter, berada di bawah ambang batas kemarau menurut standar BMKG, yaitu 150 milimeter.

Selain penurunan curah hujan, ia menyebut gangguan atmosfer berupa siklon tropis di sekitar Filipina dan Papua bagian utara turut menghambat distribusi uap air ke wilayah Kalimantan Timur. Hal ini mempercepat pengeringan vegetasi, meningkatkan akumulasi debu di udara, dan memperbesar potensi karhutla.

"Masyarakat kami imbau untuk tidak melakukan pembakaran terbuka dalam bentuk apa pun. Sekali muncul api, akan sulit dikendalikan pada kondisi kering seperti ini," pesan Kukuh.

BACA JUGA: Balikpapan Belum Mulai Musim Kemarau, BMKG: Masih Tahap Peralihan

Di sisi lain, BMKG juga mengingatkan potensi gangguan kesehatan akibat debu kering yang meningkat. Kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia disarankan mengurangi aktivitas di luar ruangan saat cuaca terik.

Selain itu, pemerintah daerah juga diminta untuk memperkuat pengawasan terhadap ketersediaan air bersih dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi dampak musim kemarau, termasuk koordinasi lintas sektor dan edukasi kepada masyarakat.

Adapun, terkait sebaran titik panas (hotspot) di Kalimantan Timur, BMKG menyatakan bahwa data terbaru telah dihimpun dan didistribusikan ke instansi teknis terkait.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: