BPBD Wapadai Potensi Banjir di Kabupaten Paser
BPBD Kabupaten Paser mengantisipasi bencana banjir akibat cuaca ekstrem. -Muhammad Sahrul -nomorsatukaltim.disway.id
PASER, NOMORSATUKALTIM – Kabupaten Paser memiliki potensi banjir yang tinggi akibat karakteristik topografinya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Paser mengingatkan bahwa kondisi geografis wilayah ini membuat ancaman banjir bisa terjadi kapan saja, terutama saat curah hujan tinggi dan air pasang laut.
Kepala BPBD Paser, Ruslan, menjelaskan bahwa secara umum wilayah Paser terbagi menjadi dua bagian topografi, yaitu bagian barat yang didominasi kawasan bergelombang dan pegunungan.
Serta bagian selatan yang cenderung datar dan dekat dengan pesisir. Tinggi wilayah terhadap permukaan laut berkisar antara 0 hingga 500 meter.
"Wilayah selatan yang datar dan dekat laut sangat rentan terdampak banjir, terutama saat air pasang. Kerentanan akan meningkat bila curah hujan juga tinggi," ujarnya, Sabtu (19/4/2025).
BACA JUGA: Kandang Ayam Modern di Klempang Sari Siap Produksi 18 Ribu Ekor
Ruslan menekankan pentingnya pengelolaan tata ruang, khususnya di kawasan hulu sungai. Menurutnya, perubahan fungsi lahan, seperti alih fungsi hutan, turut memicu banjir karena mengurangi kemampuan tanah menyerap air.
“Di hulu harus diperhatikan, apakah sudah ada perubahan tata ruang? Hutan sebagai penyeimbang alam sangat penting. Kalau sudah berubah fungsi, tentu daya serap air juga akan menurun,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa infrastruktur dan pola pembangunan juga harus memperhatikan aspek mitigasi risiko.
Salah satunya melalui penerapan ketentuan teknis bangunan agar tidak menghambat aliran air.
BACA JUGA: KPU Paser Kembalikan Sisa Anggaran Pilkada Rp 3,8 Miliar
Ia juga menyoroti pertumbuhan penduduk dan pembangunan industri besar yang dinilai bisa memperbesar risiko banjir jika tidak diiringi perencanaan tata ruang dan pengelolaan lahan yang matang.
“Jika penduduk bertambah dan pembangunan tak terkendali, maka kerentanan terhadap bencana seperti banjir juga meningkat. Karena itu, perencanaan wilayah harus memprioritaskan pengurangan risiko,” pungkas Ruslan. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

