Bentuk Kearifan Lokal, Meski Masyakat Sering Bakar Lahan Pertanian, Kebakaran Hutan di Mahulu Justru Minim
Ilustrasi pembakaran lahan pertanian warga di Mahulu.-istimewa-
“Tapi tetap kita monitor. Saya kira sarana dan prasarana pemerintah melalui BPBD cukup mendukung, jadi kalau ada hal yang berkaitan dengan kebakaran bisa kondisikan, supaya ada unsur pengamanannya,” lanjut Madang.
BACA JUGA: Mahulu Belum Berdaulat, Kontribusi Pemerintah Pusat Dinilai Belum Maksimal
Sementara itu, Kepala pelaksana BPBD Mahulu, Agus Darmawan menyebutkan, berdasarkan perkiraan BMKG, bahwa musim kemarau dimulai sejak bulan Juli, dan puncaknya di bulan Agustus ini.
Meskipun kondisi di Mahulu saat ini sering diguyur hujan, namun tetap dilakukan antisipasi.
“Memang perkiraan BMKG Juli-agustus puncak kemarau. Tapi biar saat ini Mahulu sudah ada hujan, tetap waspada,” tegasnya.
Ia memaklumi aktivitas pembakaran lahan pertanian yang dilakukan warga selama ini. Karena menurutnya, hal itu merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Mahulu yang turun temurun.
Masyarakat Mahulu, kata Agus, sebenarnya sudah paham betul terkait pola pembakaran lahan, termasuk luas area yang hendak dibakar.
Meski demikian, BPBD tetap melakukan siaga, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran yang lebih luas.
“Dalam hal ini Mahulu memiliki kearifan lokal yang kita jaga keberlangsungan. Karena kebakaran ladang sudah turun temurun dari nenek moyang. Kami juga tidak pernah dengar ada kebakaran hutan yang sangat besar dalam beberapa tahun berakhir."
BACA JUGA:KUPA PPAS 2025 Mahulu Resmi Disetujui, Ini Rincian Anggarannya
"Karena memang masyarakat sudah paham dengan sekat bakar. Berapa luasannya, kemudian cara bakarnya,”
“Jadi Alhamdulillah, di Mahulu meskipun ada bahaya kebakaran hutan dan lahan 70-80 persen tapi dalam hal ini masyarakat sudah memiliki keahlian kearifan lokalnya sendiri.
"Tapi dalam hal ini BPBD terus menjaga supaya kegiatan itu tidak merambat ke hutan,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

