Bankaltimtara

BPBD Berau Ingatkan Warga Waspada Banjir Rob, Tanjung Redeb Paling Rentan

BPBD Berau Ingatkan Warga Waspada Banjir Rob, Tanjung Redeb Paling Rentan

Kondisi banjir di Berau terpantau dari atas.-dok/istimewa-

BERAU, NOMORSATUKALTIM — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau mengingatkan masyarakat waspada potensi bencana hidrometeorologi, terutama banjir kiriman dari wilayah hulu.

Hal demikian disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat.

Ia menjelaskan bahwa kondisi geografis Berau, khususnya wilayah Tanjung Redeb, membuat kawasan tersebut sangat rentan.

Posisinya berada di antara dua daerah aliran sungai (DAS). Yakni Sungai Segah dan Sungai Kelay. Sehingga dapat memicu potensi banjir rob ketika debit air meningkat.

BACA JUGA:Pameran Luar Daerah Menjadi Ruang yang Efektif untuk Perkenalkan Produk Unggulan Berau

“Tanjung Redeb ini terkepung oleh dua DAS. Kalau debit air dari dua sungai naik dan bertemu, potensi kemungkinan banjir rob sangat besar,” ujarnya, belum lama ini.

Nofian mengingatkan kembali banjir besar yang sempat terjadi pada Mei lalu, ketika kiriman air dari hulu menggenangi lima kecamatan. Yakni Kelay, Segah, Teluk Bayur, Sambaliung, dan Gunung Tabur.

Besarnya debit air yang turun secara bersamaan menunjukkan betapa rentannya kawasan hilir menampung luapan dari dua DAS tersebut.

BACA JUGA:DPMK Berau Targetkan Kualitas Pembangunan Kampung Tahun 2026 Meningkat

“Volume air dari dua sungai besar yang menyatu itu bisa meningkat berkali-kali lipat. Selain membawa air, arus deras juga berpotensi membawa material seperti lumpur dan kayu besar yang dapat memperparah situasi,” katanya.

Ia mencontohkan banjir besar di Kampung Long Ayap dan Long La’ai yang memperlihatkan bagaimana campuran air dan material mampu menimbulkan kerusakan besar.

“Itu kejadian ekstrem. Airnya mungkin 80 persen, materialnya 20 persen, tapi sudah bisa membawa bangunan dan merusak fasilitas umum. Bayangkan kalau materialnya lebih banyak,” ujarnya.

Selain faktor alam, Nofian menegaskan aktivitas manusia turut memperbesar risiko banjir.

Kegiatan pertambangan dan pembukaan lahan untuk perkebunan sawit di wilayah hulu dapat menyebabkan tanah kehilangan daya serap. Akibatnya, limpasan air meningkat ketika hujan deras turun.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: