Sepekan ke Depan, 9 Negara Ini Diprediksi Berpotensi Terjadi Kebakaran Lahan

Kamis 08-08-2019,14:51 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Jakarta, DiswayKaltim.com -  Masyarakat harus terus waspada terhadap penyebaran titik panas. Untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memantau adanya titik hotspot selama dua pekan terakhir. Diketahui, sejak 25 Juli hingga 5 Agustus 2019 ada 18.895 titik panas di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Papua Nugini. Deputi Meteorologi BMKG Prabowo menyampaikan, berdasarkan citra Satelit Terra Aqua (STA) dan Satelit Himawari (JMA Jepang) ada peningkatan titik panas. Prabowo mengungkapkan, hal tersebut diakibatkan karena kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering sehingga mengakibatkan tanaman menjadi mudah terbakar. “Kondisi tersebut perlu diperhatikan, agar tidak diperparah dengan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian dengan cara membakar,” katanya, Rabu (7/8/2019). Dalam mengatasi hal tersebut, BMKG berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat. Sebab, hal itu dapat memengaruhi terjadinya polusi udara, asap, potensi kekeringan lahan, dan kekurangan air bersih. Prabowo menilai, pola angin dominan berasal dari arah tenggara. Sehingga mendorong arah penyebaran (trayektori) asap melintasi perbatasan wilayah Indonesia (transboundary haze). Kondisi tersebut telah diantisipasi dalam bentuk informasi peringatan dini berupa monitoring sebaran asap dan prediksi zona kemudahan terbakar menggunakan Fire Danger Rating System (FDRS) hingga 7 hari ke depan untuk wilayah ASEAN. Selanjutnya, kata Prabowo, dalam sistem tersebut terdapat peta prakiraan tingkat kemudahan terjadinya kebakaran berdasarkan unsur cuaca untuk wilayah Asia Tenggara. Dalam sepekan kedepan, 6 Agustus hingga 12 Agustus 2019 diperkirakan ada 9 negara masuk kategori yang diprediksi sangat mudah terjadi kebakaran. Ke sembilan negara itu adalah:

  1. Indonesia
  2. Brunei Darussalam
  3. Kamboja
  4. Filipina
  5. Thailand
  6. Malaysia
  7. Myanmar
  8. Vietnam
  9. Laos
Sementara itu, sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa wilayah di ASEAN sedang mengalami musim kemarau. Selain itu, kondisi musim saat ini juga dipengaruhi oleh kondisi anomali suhu permukaan laut yang negatif, khususnya di selatan ekuator, El Nino dengan intensitas lemah yang berlangsung dari akhir 2018. Saat ini menuju kondisi netral, serta Indian Ocean Dipole Mode yang saat ini bernilai positif. “Ini mengakibatkan musim kemarau tahun ini lebih kering dari tahun lalu, dan kondisi lahan khususnya gambut secara potensi menjadi mudah terbakar,” tuturnya. Kering itu, dijelaskan Prabowo, diikuti oleh kemunculan hotspot yang dapat berkembang menjadi kebakaran hutan dan lahan yang pada akhirnya menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara. “Untuk itu diperlukan kewaspadaan dan langkah antisipatisi untuk meminimalisasi dampak,” tandasnya. Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) terus berupaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Upaya itu direspons positif dan apresiasi dari negara tetangga di sidang ASEAN yang dihadiri oleh 5 negara yakni, Singapore, Malaysia, Thailand, Brunei dan Indonesia. “Tadi malam baru selesai meeting, selama dua hari sidang tidak ada yang menyampaikan transboundary dari Indonesia. Kita jelaskan upaya-upaya konkrit yang terus dilakukan di lapangan, meski harus diakui kebakaran di lahan gambut memang sangat sulit dipadamkan,” kata Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles B Panjaitan. Demi mengatasi kebakaran tersebut, Satgas Terpadu Karhutla terus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan titik api yang bermunculan di daerah-daerah rawan. Sampai dengan 6 Agustus 2019, sekitar 38 unit helikopter dan pesawat terlibat dalam kegiatan patroli maupun pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan untuk 5 Agustus lalu, ucap Raffles, telah dilakukan sebanyak 24.660 kali water boombing dengan air yang dijatuhkan sebanyak 90.457.400 liter untuk memadamkan api di titik-titik yang sulit dijangkau oleh tim yang berkerja di darat. “Jadi upaya pengendalian tanpa henti terus kita lakukan. Tentu kita sangat berharap peran aktif semua pihak untuk terus mengingatkan, mengawasi, dan mengedukasi masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar,” katanya. (bar/indopos/eny)  
Tags :
Kategori :

Terkait